Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Tayangan Misteri Menghantui Si Kecil?



Tayangan misteri yang berbau horror dan supernatural kini sangat populer. Anak balita Anda pun turut menonton dan ia… ketakutan.

Debi terkaget-kaget mendengar teriakan Risang (4 tahun) dari dalam kamar tidurnya. Ia dapati putranya menangis tersedu di atas tempat tidurnya. “Mama, Risang takut Ma…. Risang mimpi dikejar hantu seperti yang tadi di TV,” isak Risang sambil memeluk sang ibu. Dalam hati Debi menyesal memperbolehkan si kecil ikut menonton tayangan misteri beberapa hari lalu.

Tidak sesuai perkembangan anak

Tayangan misteri semakin marak tampil hampir di semua stasiun TV di Indonesia. “Pada dasarnya manusia memiliki ketertarikan pada hal-hal di luar yang normal, sehingga tayangan semacam ini selalu tumbuh dan berkembang,” ucap Ade Armando , staf pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia .
Masalah timbul ketika di Indonesia , tontonan-tontonan yang menakutkan ini hadir di jam ketika anak-anak bisa ikut menonton. “Seharusnya anak-anak kita lindungi perkembangan kejiwaannya agar dapat tumbuh secara sehat. Ini mereka malah tumbuh dengan tontonan-tontonan yang menakutkan!” lanjut Ade..

Pendapat ini disetujui Dra. Mayke Tedjasaputra, M.Si , yang menyayangkan hadirnya banyak tayangan bermuatan mistik bagi segmen anak-anak, “Ini membuat anak mengkhayalkan yang tidak-tidak,” ujarnya. “Anak-anak balita belum dapat berpikir abstrak. Mereka berpikir apa yang mereka lihat itulah yang benar-benar terjadi,” ucap staf pengajar Jurusan Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia ini.

Selain itu, Mayke mengingatkan bahwa tayangan semacam itu juga bertentangan dengan nilai-nilai agama pada umumnya. “Anak jadi takut berlebihan pada setan. Juga bisa muncul kepercayaan pada anak bahwa ia bisa meminta segala sesuatu kepada jin, tuyul atau bidadari.”

Ria Miryam (32 tahun) , ibu rumah tangga dan ibu dari Putri (9,5 tahun), Rafli (6 tahun) dan Daffa (4 tahun), yang tidak setuju dengan banyaknya film atau pun telenovela untuk anak yang bermuatan misteri, ketat memilihkan tayangan apa saja yang boleh disaksikan anak-anaknya. Sayangnya, walaupun merasa sudah mengawasi tayangan yang ditonton anak, ia merasa kecolongan juga ketika iklan film horor untuk orang dewasa sering melintas diantara tayangan untuk anak-anak.

Akibat yang ditimbulkan

Tayangan misteri memang bisa menakutkan si kecil. Ini ditunjukkan Audi (5 tahun), putri dari Bulan Purnamasari (32 tahun), karyawati BUMN. Bulan, yang merasa pasti bahwa Audi hanya menonton tayangan-tayangan misteri bersamanya, pernah direpotkan karena putri semata wayangnya itu bermimpi dan mengompol setelah menonton tayangan misteri.

Ketakutan yang sangat hingga keluar dalam bentuk mimpi buruk juga dialami Daffa (5 tahun), putra Marini Zumarnis , pemeran ibu bidadari dalam sinetron berjudul Bidadari . (Lihat boks: ”Saya Mengatasi Rasa Takut Daffa dengan Doa” ). [J1]

Dari berbagai penelitian di Amerika yang dipelajari Ade, anak-anak yang menonton tayangan semacam ini akan menunjukkan perilaku yang sama. Mereka tidak berani tidur sendiri dan mengaku bermimpi buruk. “Padahal itu terjadi di Amerika, sebuah negara yang lebih rasional. Mereka tidak percaya pada hal-hal yang bersifat supranatural. Bagaimana dengan di Indonesia ?” ucap Ade.

Keprihatinan Ade juga disokong pendapat ilmiah. “Kalau dari kecil diliputi perasaan takut yang mencekam terhadap hal-hal yang gaib dan irasional, perkembangan kepercayaan diri anak akan terhambat.,” ungkap Mayke prihatin.

Ade juga mengkhawatirkan dampak lain yang mungkin timbul akibat tayangan-tayangan tersebut. ”Bayangkan, anak-anak ini akan tumbuh dengan rasa percaya yang sangat tinggi terhadap hal-hal irasional atau mistik. Itu ‘ kan tidak sehat!” ujar Ade.

Makin buruk jika…

Mayke menyatakan ada fase-fase tertentu di usia balita ketika anak mengalami rasa takut terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, anak usia 2 tahun biasanya takut gelap yang juga dihubungkan dengan ketakutan terhadap monster atau makhluk-makhluk yang menyeramkan.

“Rasa takut anak terhadap objek tertentu ini akan hilang dengan bertambahnya usia. Terutama ketika anak memasuki usia 6 atau 7 tahun, ketika ia mulai dapat menggunakan rasionya. Namun jika ia menonton tayangan-tayangan yang mencekam, dikhawatirkan rasa takutnya tersebut justru akan menetap!” ucapnya.

Mayke juga mengingatkan ada beberapa hal yang memperburuk perasaan takut pada anak. Diantaranya, jika orang tua justru memanfaatkan tayangan yang mencekam untuk menakut-nakuti atau mengancam anak agar mau melakukan apa yang diminta orang tua. Anak juga dapat meniru sikap orang tua yang juga terlihat ketakutan setelah melihat tayangan-tayangan semacam itu, sehingga anak bertambah insecure walaupun berada di dekat orang tuanya.

Selain itu, menurut Mayke, biasanya anak-anak yang memiliki attachment, kelekatan, yang baik dengan orang tuanya pada tiga tahun pertama usianya lebih mudah menghilangkan rasa takutnya. Ini karena, pada dasarnya, anak-anak dengan attachment yang baik memiliki perasaan aman (security feeling ) yang lebih besar dari anak yang kelekatan dengan orang tuanya kurang baik.

Boleh, asal…

Karena belum ada peraturan yang jelas mengenai tayangan-tayangan semacam ini maka, baik Ade maupun Mayke, menyarankan peran aktif orang tua untuk menyeleksi tayangan-tayangan yang sesuai bagi anak-anak mereka (Lihat boks: “Kita Harus Punya Klasifikasi Acara yang Jelas” ) . Atau, paling tidak, Mayke menyarankan orang tua untuk selalu mendampingi anak menonton tayangan layar kaca sambil meluruskan persepsi yang terlanjur salah ditangkap anak.
“Misalnya untuk mendapatkan sesuatu, anak tetaplah harus berusaha dan berdoa, karena meminta bantuan jin atau tuyul itu tidak mungkin,” tegas Mayke.

Mayke mengakui bahwa melindungi anak dari tayangan-tayangan semacam ini seratus persen memang suatu hal yang mustahil. Apalagi hal-hal yang supernatural menjadi bagian dari budaya kita. Anak juga dengan mudah menemukan tayangan-tayangan supernatural bagi anak-anak yang dikemas menarik. Misalnya, film kartun Casper atau Scobydoo. Karenanya, sejak awal orang tua harus menjelaskan sesuai dengan nilai-nilai agama serta kemampuan anak dalam memahami.

“Secara logika lambat laun anak juga harus diperkenalkan dengan suatu realita bahwa makhluk halus atau alam gaib memang ada. Namun, tentu saja, tidak dengan menonton tayangan-tayangan misteri yang mencekam atau menakutkan. Lagi pula, saya tetap berpegang pada patokan usia bahwa hal ini baru dapat mulai diperkenalkan pada anak di atas usia 6 atau 7 tahun, ketika si kecil mulai dapat mengolah informasi dengan benar. Jadi, anak balita sebaiknya dihindarkan dari hal-hal semacam ini,” jelas Mayke.

Namun Mayke juga mengingatkan kemampuan anak-anak untuk menerima dan mengolah informasi berbeda antara satu anak dengan lainnya. Ada anak yang mudah takut, namun ada juga anak yang kritis. Anak yang kritis ini walau awalnya takut dan mengalami mimpi buruk, setelah ‘sembuh’, ia justru makin penasaran.

Hal seperti itu pernah dialami Audi, putri Bulan. Perihal ini Bulan berujar, “Yang saya lihat Audi semakin penasaran. Ia justru banyak bertanya mengapa bisa begini-begitu dan sebagainya.” Menanggapi hal ini Mayke mengatakan, “Memang orang tualah yang paling tahu bagaimana sikap anak terhadap apa yang ditontonnya. Sehingga, hal itu dapat menjadi tolok ukur sikap orang tua dalam memilih tayangan apa yang paling cocok bagi anak-anak mereka.”

Jika terlanjur menonton

Bagaimana jika anak terlanjur menonton tayangan-tayangan misteri yang mencekam seperti dialami putra-putri Ria? “Tentu orang tua harus berusaha meredakan rasa takut mereka dengan menenangkan, memeluk atau membujuk. Sebisa mungkin hindarkan anak menonton film-film seperti itu kembali. Beritahu juga si kecil, jika merasa takut ia tidak usah menonton film-film semacam itu lagi,” jelas Mayke.

Mayke menuturkan, setelah menonton anak biasanya jadi takut tidur sendiri, bermimpi, mengigau, atau bahkan mengompol, seperti dialami Audi. Namun dengan berjalannya waktu dan kemampuan orang tua untuk meyakinkan anak untuk menghilangkan kecemasannya, maka perasaan takut si kecil bisa menghilang dengan sendirinya. Terutama ketika si kecil memasuki usia sekolah, sekitar usia 6 atau 7 tahun, saat rasio anak mulai dapat berjalan dengan baik.

Hal yang sama dilakukan Bulan terhadap putrinya ketika tayangan misteri yang ditontonnya membuat Audi bermimpi buruk. Biasanya Bulan menyarankan agar Audi berdoa dahulu sebelum tidur agar ia tidak diganggu mimpi buruk. Dan selama beberapa hari, Bulan menenangkan mereka dengan menemani tidur. Ria pun merasa perlu memberi penjelasan pada ketiga anaknya bahwa hal-hal yang ditontonnya merupakan cerita yang tidak nyata.

Esthi Nimita Lubis(ayahbunda)

0 komentar: