Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Menghadapi Sibling Rivalry


Pertengkaran rutin terjadi antara kakak-adik. Bisa jadi ini akibat persaingan, rasa bosan atau cari perhatian. Tentu ada cara jitu menghadapi situasi ini.

Bagi Anda yang memiliki anak lebih dari satu, pertengkaran antaranak mungkin sering Anda alami. Persaingan antarsaudara (sibling rivalry ) merupakan salah satu alasan terkuat anak-anak bertengkar ( Lihat boks: Penyebab Pertengkaran ). Persaingan ini memang tidak dapat dihindari, mengingat masing-masing anak ingin diperlakukan spesial oleh orang tuanya.

Meski lumrah terjadi, persaingan antarsaudara memang harus ditangani dengan baik. Mengingat, seperti dikatakan sejumlah ahli, saudara adalah teman sebaya (peer) pertama yang anak miliki. Melalui hubungan dengan saudara sekandung, anak belajar bagaimana harus berbagi, bersikap sebagai teman, mencintai, dan bersikap kooperatif.

Jadi, bagaimana sebaiknya orang tua bersikap menghadapi persaingan antarsaudara?

* Mempersiapkan kakak sebelum kehadiran adik

Jauh sebelum anak kedua lahir, Anda bisa melibatkan si calon kakak dengan aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Seperti, mengajak si kakak ke dokter saat memeriksakan kehamilan Anda. Atau, mulai membiasakan kakak dengan keadaan yang akan dihadapinya nanti, yaitu berbagi perhatian. Upaya ini, paling tidak, bisa memperkecil terjadinya persaingan antarsaudara.

* Memperlakukan setiap anak sebagai individu berbeda

Asas adil merata bukanlah prinsip yang dapat Anda gunakan dalam mendidik anak. Masing-masing anak adalah individu yang unik. Menurut Cathryn Tobin, M.D ., pediatri dan penulis The Parent’s Problem Solver , ketika orang tua berusaha memberikan jumlah yang persis sama dalam cinta, waktu dan perhatian, anak-anak tidak akan merasa puas. Mereka mungkin malah ragu dan bertanya, “Apakah saya benar-benar mendapatkan hadiah sama bagusnya seperti yang kakak saya dapatkan?” Atau mungkin ia protes, ”Adik selalu duduk di depan sama mama.” “Memperlakukan anak-anak sacara sama hanya akan menciptakan lebih banyak masalah,“ kata Douglas Gentile, Ph.D , psikolog perkembangan dari University of Minnesota , Amerika.

* Hindari membandingkan

Kompetisi memang kerap dilakukan orang tua untuk memotivasi anak-anak mereka. Jangan tanyakan padanya, ”Mengapa kamu tidak dapat membereskan mainan kamu seperti kakak?” Atau, ”Mengapa kamu susah sekali makan, tidak seperti kakakmu? Dengan memuji salah satu anak, anak lainnya dapat merasa cemburu. Meski maksud Anda tidak demikian, si kecil dapat menangkap, ”Mama lebih sayang pada kakak daripada saya.”

* Menumbuhkan keunikan anak

Setiap anak memiliki keunikan. Perhatikan bakat si kecil Anda, dan kembangkan dengan memberikan kursus atau kegiatan khusus. Jika, misalnya, si sulung menyukai musik, dorong ia untuk mempelajari salah satu alat musik. Biarkan ia tumbuh dengan keunikannya. Bakat khusus anak yang terus Anda asah akan membangun harga dirinya.

* Menghabiskan waktu bersama setiap anak sesuai prioritas

Anak-anak akan menghargai saat-saat berharga ini. Setiap anak punya kebutuhan berbeda. Anda mungkin terpaksa tak dapat datang ke sekolah melihat penampilan si sulung menari karena adiknya sakit. Jelaskan hal ini pada kakak sebaik mungkin. Bila memungkinkan, minta suami menggantikan Anda.

* Membuat batasan yang jelas

Anak-anak perlu menghargai satu sama lain. Ini berarti si sulung tidak boleh mengejek atau mengganggu adiknya terus-menerus, dan si bungsu seharusnya diajarkan untuk tidak berkelahi dengan si sulung. Biarkan mereka mempunyai beberapa barang yang tidak boleh digunakan oleh lainnya. Ini mengajarkan mereka untuk saling menghargai. Misalnya, tas sekolah kakak hanya boleh digunakan adik jika meminta izin kakak dulu.

* Mendengarkan perasaan anak

Mendengarkan perasaan anak penting untuk mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebab pertengkaran. Biarkan si kecil mengungkapkan semua perasaannya. Tapi, bukan berarti semua perilaku dapat diterima. Anda dapat mengatakan, ”Kakak marah sekali pada adik karena truk kamu dirusak adik ya…. Kakak boleh marah, tapi tidak boleh gigit ya.”

* Jangan memihak

Pertengkaran antara anak-anak kadang memang membuat Anda frustrasi dan ingin tahu, siapa sebenarnya yang salah. Siapa yang memulai pertengkaran. Namun, biarkan anak-anak menyelesaikan sendiri pertengkaran mereka. Kecuali, jika mereka tampak membutuhkan Anda memfasilitasi komunikasi keduanya. Anda perlu turun tangan jika pertengkaran terlihat membahayakan salah satu atau kedua anak, baik secara fisik maupun perasaan.

* Menghindari memupuk kebiasaan mengadu

Saat si prasekolah lari pada Anda dan mengatakan adiknya merusak mainannya, katakan padanya bahwa Anda tidak tertarik pada apa yang dilakukan adiknya. Namun, Anda tertarik pada apa yang tengah dilakukannya. Ini perlu Anda lakukan agar kebiasaannya mengadu tidak berkembang. Mengadu memang kerap dilakukan antarsaudara karena persaingan mereka. Jerry Wyckoof , psikolog anak dan penulis buku Discipline Without Shouting or Spanking menyebutkan, “Mengadu membuat anak satu tingkat lebih di atas anak lainnya, untuk terlihat lebih baik di mata orang tua atau guru.” Ini juga menunjukkan bahwa si kecil Anda telah paham mana sikap yang benar dan tidak.

* Memberi reward untuk perilaku kooperatif

Sylivia Rimm, Ph.D, psikolog pendidikan dari University of Wisconsin -Madison, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa saat anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif, orang tua perlu memberi reward. Pemberian reward dilakukan untuk memperkuat perilaku. Ini agar anak mengerti bahwa, perilaku inilah yang diharapkan dari anak. Bila reward berupa hadiah, beri yang sesuai dengan minat mereka.

Grahita Purbasantika Nugraha

0 komentar: