ANAK berbadan gemuk bukan berarti sehat. Anak kurus juga tak bisa diartikan tidak sehat. Sejumlah kasus menunjukkan anak gemuk menunjukkan masalah obesitas seperti anak tetangga yang sejak awal jadi favorite warga karena kemontokannya hingga sekarang kemontokan itu gak turun-turun malah tambah melar. 
Kalo kita mo sedikit mencermati lingkungan kita maka ada hal ironi yang berkaitan masalah ini , dimana di sejumlah tempat banyak terdapat anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Umumnya, mereka bertempat tinggal di daerah kumuh, tapi di sisi lain banyak anak yang mengalami masalah kegemukan, dan rata-rata terjadi di kota besar.
Dalam buku panduan, mitra orangtua untuk tumbuh kembang anak dengan judul Anak Gemuk: Bangga Atau Khawatir? yang diterbitkan oleh Dancow Parenting Center menyebutkan, terjadi peningkatan masalah kegemukan lebih dari 6 kali lipat dalam 10 tahun ini.
Dulu banyak orangtua yang menyenangi anak gemuk karena dianggap lucu dan menggemaskan namun akan mulai khawatir ketika mulai tidak proporsional dan hal ini bisa jadi kesalahan orang tua yang tanpa sadar EGOnya turut berperan dalam rangka menggemukkan anaknya agar dianggap sebagai keluarga yang berkecukupan. Padahal , kini diketahui bahwa kegemukan pada anak merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit dan menurunkan usia harapan hidup.
Kegemukan dapat dihitung dengan melihat proporsi berat dan tinggi badannya yang disebut dengan indeks masa tubuh atau IMT, kemudian dibandingkan dengan usia anak-anak sebayanya.
Pada anak-anak yang mengalami kegemukan, maka akan mempengaruhi segi kejiwaan dan fisiknya. Secara fisik, kegemukan pada anak yang tidak teratasi hingga usianya 6 tahun, 70% akan menetap hingga dewasa dan akan lebih sulit untuk dikendalikan.
Secara medis kegemukan mengakibatkan gangguan pada sendi lutut dan mengorok saat tidur. Padahal, ini dapat berakibat kematian saat tidur lelap. Selain itu, kegemukan mengakibatkan gangguan pengaturan gula darah (diabetes), hipertensi dan dislipidemia (gangguan kadar kolesterol atau lemak darah). Padahal seperti yang kita ketahui ketiga hal tersebut merupakan pencetus terjadinya gangguan pembuluh darah yang serius seperti serangan jantung dan stroke (pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga otak tidak berfungsi lagi.
Banyak penyebab kegemukan pada seseorang. Di antaranya, pola hidup yang tidak sehat. Kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan kalori yang keluar, memicu penumpukan kalori dalam tubuh yang terjadi dalam sel lemak.Terlebih anak-anak lebih suka makanan yang tinggi kalorinya. Ini dikarenakan kalori yang tinggi umumnya lebih enak mereka konsumsi, seperti kalori dari minyak dan gula. Makanan tradisional yang kaya akan serat cukup rendah kalorinya. Sayangnya, sampai sekarang makanan tersebut sangat sulit diperoleh. Selain itu, anak-anak biasanya malas mengunyah dan merasa rasanya kurang gurih sehingga kurang disukai.
Hal ini juga disebabkan karena anak-anak lebih memilih makanan ditentukan oleh lingkungan dan keluarga. Iklan yang ditayangkan di televisi akan memengaruhi pola pikir anak, sehingga mereka cenderung konsumtif dan memilih makanan yang diiklankan saat jajan atau makan di luar.
Secara kejiwaan kegemukan pada anak akan mempengaruhi perkembangan jiwanya mulai dari perasaan akan merasa tersisih, dikucilkan, sering diejek karena bentuk fisiknya yang tak sedap dipandang mata. Tentunya apa yang dilakukan teman- temannya itu membuatnya merasa rendah diri , oleh sebab itu sebagai orang tua kita perlu mendorong mereka agar tidak minder mengingat anak-anak sangat terpengaruh pada kondisi lingkungan mereka dan akan membentuk karakter mereka.
Nah , mending gemuk atau kurus kalo begitu?

Kalo kita mo sedikit mencermati lingkungan kita maka ada hal ironi yang berkaitan masalah ini , dimana di sejumlah tempat banyak terdapat anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Umumnya, mereka bertempat tinggal di daerah kumuh, tapi di sisi lain banyak anak yang mengalami masalah kegemukan, dan rata-rata terjadi di kota besar.
Dalam buku panduan, mitra orangtua untuk tumbuh kembang anak dengan judul Anak Gemuk: Bangga Atau Khawatir? yang diterbitkan oleh Dancow Parenting Center menyebutkan, terjadi peningkatan masalah kegemukan lebih dari 6 kali lipat dalam 10 tahun ini.
Dulu banyak orangtua yang menyenangi anak gemuk karena dianggap lucu dan menggemaskan namun akan mulai khawatir ketika mulai tidak proporsional dan hal ini bisa jadi kesalahan orang tua yang tanpa sadar EGOnya turut berperan dalam rangka menggemukkan anaknya agar dianggap sebagai keluarga yang berkecukupan. Padahal , kini diketahui bahwa kegemukan pada anak merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit dan menurunkan usia harapan hidup.
Kegemukan dapat dihitung dengan melihat proporsi berat dan tinggi badannya yang disebut dengan indeks masa tubuh atau IMT, kemudian dibandingkan dengan usia anak-anak sebayanya.
Pada anak-anak yang mengalami kegemukan, maka akan mempengaruhi segi kejiwaan dan fisiknya. Secara fisik, kegemukan pada anak yang tidak teratasi hingga usianya 6 tahun, 70% akan menetap hingga dewasa dan akan lebih sulit untuk dikendalikan.
Secara medis kegemukan mengakibatkan gangguan pada sendi lutut dan mengorok saat tidur. Padahal, ini dapat berakibat kematian saat tidur lelap. Selain itu, kegemukan mengakibatkan gangguan pengaturan gula darah (diabetes), hipertensi dan dislipidemia (gangguan kadar kolesterol atau lemak darah). Padahal seperti yang kita ketahui ketiga hal tersebut merupakan pencetus terjadinya gangguan pembuluh darah yang serius seperti serangan jantung dan stroke (pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga otak tidak berfungsi lagi.

Banyak penyebab kegemukan pada seseorang. Di antaranya, pola hidup yang tidak sehat. Kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan kalori yang keluar, memicu penumpukan kalori dalam tubuh yang terjadi dalam sel lemak.Terlebih anak-anak lebih suka makanan yang tinggi kalorinya. Ini dikarenakan kalori yang tinggi umumnya lebih enak mereka konsumsi, seperti kalori dari minyak dan gula. Makanan tradisional yang kaya akan serat cukup rendah kalorinya. Sayangnya, sampai sekarang makanan tersebut sangat sulit diperoleh. Selain itu, anak-anak biasanya malas mengunyah dan merasa rasanya kurang gurih sehingga kurang disukai.
Hal ini juga disebabkan karena anak-anak lebih memilih makanan ditentukan oleh lingkungan dan keluarga. Iklan yang ditayangkan di televisi akan memengaruhi pola pikir anak, sehingga mereka cenderung konsumtif dan memilih makanan yang diiklankan saat jajan atau makan di luar.
Secara kejiwaan kegemukan pada anak akan mempengaruhi perkembangan jiwanya mulai dari perasaan akan merasa tersisih, dikucilkan, sering diejek karena bentuk fisiknya yang tak sedap dipandang mata. Tentunya apa yang dilakukan teman- temannya itu membuatnya merasa rendah diri , oleh sebab itu sebagai orang tua kita perlu mendorong mereka agar tidak minder mengingat anak-anak sangat terpengaruh pada kondisi lingkungan mereka dan akan membentuk karakter mereka.
Nah , mending gemuk atau kurus kalo begitu?

0 komentar:
Posting Komentar