Jengkel juga kadang ketika liat anak pulang dari tempat bermain dengan menangis dan mengadu di pukul ama si A , di dorong ama si B dan lainnya ..... gak tau deh anakku yang nakal atau emang anak tentangga yang nakal. Heran juga kenapa anak kecil selalu berantem ketika bermain seperti anggota DPR sajah.
Secara psikologis memang bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar jika dalam berada di wilayah kepentingan konflik yang mungkin timbul ketika mereka sedang bermain namun menjadi tidak wajar ketika sang anak memiliki temperamen yang sangat tinggi sehingga sedikit-sedikit terlibat perkelahian dengan teman-temannya. Bisa jadi, itu adalah bentuk kekecewaan mereka terhadap lingkungan atau pengaruh buruk tontonan di televisi.
Memang televisi bisa jadi biang kerok , dari sana anak kita belajar menentang , membentak , memukul bahkan meludahi
. Kadang reflek sebagai orang tua kita memarahi mereka terlebih jika sampai melukai anak orang lain.... Sifat si kecil yang dulu penurut, sekarang suka membentak bila ada yang tidak disukainya bahkan tidak segan-segan berkelahi dengan teman-teman sebayanya di play group kalau merasa ada yang mengganggunya. Dan nasihat, segala larangan, juga hukuman, tidak satu pun bisa mencegahnya berkelahi alias tidak mempan. Dan konyolnya kadang anak malah menikmati dan menjadikan kebiasaan baru jika sedang kita omelin.... 
Sikap anak yang tiba-tiba berubah tersebut telah menjadi kekhawatiran orangtua dengan anak yang masih balita di banyak rumah di Indonesia dan negara lain. Sayangnya, masih banyak orangtua menganggap perubahan yang terjadi pada balita merupakan hal biasa. Padahal, gejala sering marah-marah, berkelahi ataupun sering berteriak bisa jadi merupakan gejala dari ketidakpuasan mereka terhadap sesuatu hal. Bisa saja buah hati kita merasa tidak diperhatikan, diabaikan, atau si anak merasa tersisih dari pergaulan dia dengan teman-teman sebayanya.
Pengaruh lingkungan yang buruk misalnya, anak melihat tetangga yang berkelahi atau orangtua bertengkar adalah pemicu utama setelah tontonan ditelevisi mengingat sifat dasar anak adalah meniru apa yang dilihat. Jadi jika dia suka marah, bisa jadi anak tengah menirukan seseorang yang pernah dilihatnya. Anak balita belajar mengembangkan diri atau berusaha menunjukkan aktualisasi dirinya dengan meniru dari orang lain. Jadi kalau lingkungannya selalu berbicara dengan bahasa yang kasar, galak, dan judes, anak dengan mudah akan menirunya. Atau, bila tingkah laku tersebut tidak ditemukan di rumah, si anak bisa menirunya dari tayangan televisi.
Namun sebagai orangtua tidak perlu terlalu khawatir atau cemas. Apalagi panik dengan sikap si balita yang suka marah atau bahkan gemar berkelahi. Karena di usia ini, perilaku anak yang kurang tepat masih bisa diluruskan. Tapi, orangtua tetap diminta waspada. Pasalnya, bila tak tertangani dengan baik, sikap ini akan terbawa sampai anak menjadi remaja dan dewasa. Karena jika sudah demikian akan semakin sulit mengatasinya.
Untuk mengatasi gejala suka marah, suka berkelahi ataupun selalu mendahulukan kepentingan pribadi kepada buah hati adalah tetap kembali ke masalah suri tauladan orang tua dimana kita sebagaiorangtua wajib untuk selalu memberikan contoh yang baik bagi mereka. Bagaimana bersikap, mengajarkan bagaimana mengekspresikan perasaan dengan tepat, dan memberikan gambaran yang baik tentang seorang anak baik.
Bisa jadi sikap suka marah disebabkan anak tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya secara tepat. Sehingga pola-pola seperti mengajak berkomunikasi , mengungkapkan perasaan dan keinginan adalah salah satu langkah mencegah terjadinya hal itu.
Pusing sih tapi kalo anda sendiri tidak berpelaku buruk saya kira akan menjadi mudah.

Secara psikologis memang bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar jika dalam berada di wilayah kepentingan konflik yang mungkin timbul ketika mereka sedang bermain namun menjadi tidak wajar ketika sang anak memiliki temperamen yang sangat tinggi sehingga sedikit-sedikit terlibat perkelahian dengan teman-temannya. Bisa jadi, itu adalah bentuk kekecewaan mereka terhadap lingkungan atau pengaruh buruk tontonan di televisi.
Memang televisi bisa jadi biang kerok , dari sana anak kita belajar menentang , membentak , memukul bahkan meludahi


Sikap anak yang tiba-tiba berubah tersebut telah menjadi kekhawatiran orangtua dengan anak yang masih balita di banyak rumah di Indonesia dan negara lain. Sayangnya, masih banyak orangtua menganggap perubahan yang terjadi pada balita merupakan hal biasa. Padahal, gejala sering marah-marah, berkelahi ataupun sering berteriak bisa jadi merupakan gejala dari ketidakpuasan mereka terhadap sesuatu hal. Bisa saja buah hati kita merasa tidak diperhatikan, diabaikan, atau si anak merasa tersisih dari pergaulan dia dengan teman-teman sebayanya.
Pengaruh lingkungan yang buruk misalnya, anak melihat tetangga yang berkelahi atau orangtua bertengkar adalah pemicu utama setelah tontonan ditelevisi mengingat sifat dasar anak adalah meniru apa yang dilihat. Jadi jika dia suka marah, bisa jadi anak tengah menirukan seseorang yang pernah dilihatnya. Anak balita belajar mengembangkan diri atau berusaha menunjukkan aktualisasi dirinya dengan meniru dari orang lain. Jadi kalau lingkungannya selalu berbicara dengan bahasa yang kasar, galak, dan judes, anak dengan mudah akan menirunya. Atau, bila tingkah laku tersebut tidak ditemukan di rumah, si anak bisa menirunya dari tayangan televisi.
Namun sebagai orangtua tidak perlu terlalu khawatir atau cemas. Apalagi panik dengan sikap si balita yang suka marah atau bahkan gemar berkelahi. Karena di usia ini, perilaku anak yang kurang tepat masih bisa diluruskan. Tapi, orangtua tetap diminta waspada. Pasalnya, bila tak tertangani dengan baik, sikap ini akan terbawa sampai anak menjadi remaja dan dewasa. Karena jika sudah demikian akan semakin sulit mengatasinya.
Untuk mengatasi gejala suka marah, suka berkelahi ataupun selalu mendahulukan kepentingan pribadi kepada buah hati adalah tetap kembali ke masalah suri tauladan orang tua dimana kita sebagaiorangtua wajib untuk selalu memberikan contoh yang baik bagi mereka. Bagaimana bersikap, mengajarkan bagaimana mengekspresikan perasaan dengan tepat, dan memberikan gambaran yang baik tentang seorang anak baik.
Bisa jadi sikap suka marah disebabkan anak tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya secara tepat. Sehingga pola-pola seperti mengajak berkomunikasi , mengungkapkan perasaan dan keinginan adalah salah satu langkah mencegah terjadinya hal itu.
Pusing sih tapi kalo anda sendiri tidak berpelaku buruk saya kira akan menjadi mudah.

0 komentar:
Posting Komentar