Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Mengenal tanda-tanda alami gangguan pendengaran anak-anak

Awalnya heran juga sih anak si sari agak gimana gitu kalo lagi diajak ngomong , kadang seenaknya ninggalin pergi , kadang diam saja bahkan kalo tidur meski denger orang masuk rumah , banting pintu , gelas jatuh juga tidak terganggu bangunnya. Tapi setelah selidik punya selidik sikap pendiam tersebut bukannya autis atau memang sifat si anak begitu termasuk kalo tidur "angler" atau nyenyak bored16 ternyata dia mempunyai gangguan pada pendengarannya.

Mungkin hal seperti ini bisa menjadi pembelajaran kita bersama karena anak belum mampu mengkomunikasikan apa yang sedang dia alaminya sehingga jika kurang waspada maka bisa berakibat fatal akibat telat penanganannya.

Menurut medis diyakini bahwa sejak berada dalam kandungan, bayi sudah dapat mendengar. Terlihat pada pemeriksaan USG, saat bayi bergerak-gerak merespon gelombang suara yang dihasilkan USG. Setelah lahir, bayi sudah mampu mendengar suara-suara di sekitarnya. Buktinya? Ketika mendengar suara berisik, ia pun terbangun. Hanya karena perkembangan otak dan motoriknya belum sempurna, reaksi yang timbul sebatas tangisan atau membuka mata. Seiring dengan bertambahnya usia, respon yang diberikan makin beragam, misalnya menoleh, mendekat ke arah suara dan sebagainya atau mungkin malah mengamuk. bising

Selama perkembangan ini, anak tidak cuma mampu mendengar, tetapi juga merekam jenis-jenis bunyi ke dalam otaknya. Tak heran menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengenal suara ibu, ayah, atau pengasuhnya. Rekaman ini suatu saat akan di-recall pada waktu si kecil belajar bicara.

Cermati perkembangan anak
Perkembangan anak harus kita cermati sejak mulai bayi samapi dia mampu mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya sebab di usia tersebut anak hanya memberikan tanda karena belum mampu berkomunikasi verbal. Pola-pola sederhana untuk mengetahui perkembangan kemampuan organis tubuh anak mudah untuk dilakukan seperti melalui permainan bunyi seperti tepuk tangan, batuk, menabuh kaleng, dan sebagainya. Bayi normal akan memberi respon terhadap bunyi. Bisa dengan mengedipkan mata, mimik wajahnya berubah, berhenti mengisap ASI atau botol susu, terkejut serta bereaksi dengan mengangkat kaki dan tangan.

Pada bayi yang lebih besar, kerap kali merespon dengan menolehkan kepala pada sumber bunyi. Minimal, ia mencari sumber bunyi tersebut dengan gerakan mata. Jika si kecil tak bereaksi, sebaiknya orangtua segera membawanya ke dokter!

Pada pemeriksaan medis lebih lanjut, biasanya anak akan menjalani pemeriksaan audiometri sesuai umur, diantaranya tes OAE (Oto Acoustic Emission) atau BERA (Brainstem Evoked Response Auditory). Cara kerjanya dengan menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kulit kepala bayi. Anak diberi rangsang suara, kemudian direkam di komputer, hasilnya berupa data dalam bentuk grafik untuk mengetahui ambang kemampuan pendengaran sang anak.

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan apakah memang benar terjadi gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran serta letak kelainan yang menimbulkan gangguan pendengaran. Sehingga dapat dicari solusi terbaik untuk perawatan selanjutnya, dengan harapan anak bisa berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar.

Pemeriksaan sejak dini harus dilakukan jika bayi memiliki beberapa faktor risiko. Antara lain riwayat keluarga dengan tuli kongenital (tuli bawaan/keturunan), riwayat infeksi pranatal (TORCHS = Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus, Herpes), bayi dengan kelainan anatomi telinga, bayi lahir dengan BBLR/Berat Badan lahir Rendah hiperbilirubinemia/bayi kuning, asfiksia berat (lahir tidak menangis).

Dikarenakan terjadinya gangguan pendengaran akan berdampak pada keterlambatan bicara si anak kelak maka sebagai orangtua wajib mencermati dan peka dengan kondisi buah hatinya. Waspadai jika anak sulit menangkap pembicaraan pada lingkungan ramai, ucapan anak sulit dimengerti, anak bicara terlalu lemah/keras, kemampuan bicara yang tidak lengkap atau kata-katanya banyak yang hilang, nilai di sekolah turun terutama nilai bahasa Indonesia.

Untuk anak yang mengalami tuli sebagian (hearing impaired) dan bukanlah tuli total (deaf), berarti fungsi pendengaran yang berkurang tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar. Oleh karenanya sangat diperlukan deteksi dini, kalaupun harus memakai alat bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak.

Semua kembali ke orang tua karena semua ini kewajiban mereka. Jangan biarkan diri anda melepas masa-masa pembelajaran dan pengamatan terhadap perkembangan anak karena jika sesuatu terjadi maka anda dan anak anda akan menanggungnya seumur hidup. Mencegah lebih bagus daripada mengobat... waspadalah...waspadalah.please

0 komentar: