Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Mengajak Anak Adu Bakat, Bolehkah?

AJANG adu bakat yang saat ini banyak dilakukan pihak televisi swasta di Indonesia, mampu menyedot perhatian banyak orang. Tak hanya berdampak berbondong-bondongnya peserta untuk mengikuti kompetisi tersebut. Namun, anak tahu bahwa orangtua senang kalau dia tampil.

Mengenai hal itu, psikolog anak Elly Risman Musa Psi, menuturkan, "Anak-anak diikutsertakan perlombaan sana-sini itu adalah tindakan yang tidak baik karena anak belum mengerti mengenai apa pun. Belum lagi tindakan tersebut didukung dengan SMS (short message), padahal merupakan suatu kesalahan yang jahat," kata Elly saat ditemui okezone di Hotel Nikko, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, melibatkan anak dalam suatu perlombaan dengan SMS, harus diketahui terlebih dahulu maksud tujuannya. "Anak diikutsertakan dalam perlombaan saja belum mengerti karena otaknya belum bersambungan dengan sempurna. Apalagi pakai SMS," terang psikolog lulusan UI yang melanjutkan Program Masternya di Summer Course at University of Hawaii.

Ibu selaku orangtua, sambungnya, juga berperan aktif ketika membawa anak untuk menikmati setiap tayangan yang ditayangkan di televisi (TV). "Tayangan perlombaan hingga 6 jam dengan para pelakunya banyak yang memiliki 'kelainan' secara tidak langsung membuat anak tahu mengenai perlakuan menyimpang itu. Dampak yang akan dirasakan anak adalah kehancuran total karena satu stasiun TV minimal menayangkannya di 125 provinsi, sebanyak 137 juta penontonnya. Tindakan ini juga termasuk eksploitasi pada anak," bebernya panjang lebar.

Masih menurut Elly, guna menghindari hal itu, maka Anda selaku orangtua perlu selektif memilih tayangan diputar stasiun TV. Karena hal tersebut akan berdampak pada psikologi masing-masing anak.

"Sebaiknya orangtua jangan memberikan tayangan sembarang kepada anak, tapi pilih tayangan yang disesuaikan dengan tingkatan usia masing-masing anak. Sehingga tuntutannya dan umpan baliknya pun berbeda," kata wanita yang mengambil gelar S3-nya di Department of Education, Florida State University, USA , itu.

Dilanjutkan oleh wanita bertutup kepala ini, orangtua memiliki andil besar untuk menjadi suri tauladan bagi buah hatinya. "Saat ini banyak sekali tayangan khusus untuk orang dewasa yang selalu tampil di layar kaca. Karena itu, orangtua harus lebih menjaga diri untuk tidak menonton tayangan tersebut di hadapan anak-anak," tukasnya. (nsa)

0 komentar: