MENGAJARKAN anak menata dan menyimpan benda miliknya dengan rapi amat bermanfaat. Caranya?
Kebiasaan itu sangat bermanfaat untuk membiasakan anak mandiri mengatur isi tasnya sendiri saat di TK dan SD nanti.
Anak-anak yang suka kehilangan benda karena tercecer atau lupa meletakkan, biasanya menemui banyak masalah di masa sekolah. Psikolog dari Tuebingen, Jerman, Margarethe Schindler, menyebutkan bahwa masih terlalu awal bagi orangtua untuk mengingatkan dan menegur anak batita (bawah tiga tahun) untuk mengatur sendiri segala keperluannya guna dibawa ke kelompok bermain. Hal itu baru bisa dilakukan ketika anak berusia sekitar lima tahun.
"Namun, si tiga tahun bisa Anda ajak untuk selalu mengingat benda-benda yang seharusnya dibawa, misalnya dengan mengatakan, 'Tempat makan sudah dibawa'?" ujar Schindler.
Sebaliknya juga demikian, misalnya orangtua menjemput si tiga tahun dari taman bermain, kemu dian secara rutin tanyakan, "Mainanmu sudah dibawa semua?". Atau, ''Kalau kamu lupa, kembalilah ke kelas dan periksa".
Jika sejak dini si kecil terbiasa memeriksa kembali benda-benda sebelum meninggalkan kelas atau berangkat dari rumah, besar kemungkinan dia akan menjadi sosok yang teliti dan cermat dengan benda yang dibawa atau disimpannya.
Hal senada diungkapkan konsultan pendidikan anak Lely Tobing. Dia mengingatkan agar ekspektasi orangtua terhadap kemampuan anak mempraktikkan keteraturan disesuaikan dengan usianya.
"Tidak mungkin anak dua tahun diharapkan membereskan tempat tidur sendiri. Kemampuan motorik kasar dan konsentrasi anak usia dua tahun belum mampu melakukan itu," ungkapnya.
Lely mengatakan, sebenarnya anak sudah mengenal kebiasaan mengatur dan menyimpan sejak usia 1,5 tahun. Namun, kebiasaan yang dikenal anak masih sangat terbatas pada rutinitas sehari-hari.
"Anak-anak mulai usia 1,5 tahun sudah tahu rutinitas mereka. Setelah bermain, harus dikembalikan ke tempat semula meski mereka belum bisa diharapkan untuk rapi," paparnya.
Lely mencontohkan, salah satu kegiatan di sekolah yang dipimpinnya memiliki kebiasaan sebelum memulai kegiatan belajar selanjutnya yang disebut transition time dengan menyanyi. Dengan kebiasaan itu, anak mengetahui bahwa dia harus mengembalikan mainan yang dimainkan sebelumnya sebelum memulai kegiatan yang baru.
"Namun, kebiasaan anak mengatur ini relatif pada setiap anak. Saya memiliki seorang siswa berusia tiga tahun yang sangat rapi," ujar ibu dari tiga anak ini.
Lingkungan sekolah dan rumah, sebenarnya bisa menjadi kegiatan belajar yang terintegrasi.Kebiasaan anak untuk melakukan keteraturan di sekolahnya juga dapat diterapkan di rumah. Tentu saja, orangtua akan menjadi panutan bagi anak dalam menjalankan disiplin keteraturan ini.
(sindo//tty)
0 komentar:
Posting Komentar