Si 4 tahun Berlatih Mengendalikan Diri
Kemampuan mengendalikan diri merupakan salah satu bentuk kecerdasan moral. Kapan anak dapat mulai dilatih?
“Ma, tadi itu sebetulnya aku kepingin ngeberantakin tas Mama. Tapi hatiku bilang begini; ‘ Enggak boleh ya, enggak boleh ngeberantakin tas Mama’. Terus aku enggak jadi ngeberantakin tas Mama,” cerita Sinta yang berusia 4,5 tahun itu pada ibunya yang baru keluar dari kamar mandi.
“Anak pintar. Ngeberantakin tas orang lain itu tidak sopan dan tidak baik,” puji sang ibu sambil tersenyum dan mengelus kepala si buah hati.
Yang dilakukan Sinta merupakan salah satu contoh perilaku mengendalikan diri. Mengendalikan diri merupakan aspek penting dalam perkembangan anak dan merupakan inti dari pembentukan watak.
Perlu kerelaan
Cynthia Stifter, Ph.D , peneliti dari Univesitas Pennsylvania , Amerika Serikat, menyebutkan dua ciri pengendalian diri. Pertama, kemampuan anak untuk mengendalikan dorongan-dorongan melakukan sesuatu dan mengendalikan keinginan akan sesuatu. Kedua, kemampuan anak mematuhi norma sosial tanpa pengawasan. Dua hal ini dilakukan karena adanya kerelaan.
Sementara itu, Dr. Michele Borba , konsultan pendidikan dari Amerika dan penulis buku Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues That Teach Kids to Do the Right Thing , mengatakan bahwa pengendalian diri merupakan salah satu aspek kecerdasan moral, di samping aspek lain seperti menolong orang lain dan berempati.
Dr. Borba sangat prihatin dengan tingginya tingkat kenakalan remaja serta kejahatan yang dilakukan kaum muda di negaranya, Amerika Serikat. “Dalam penelitian saya lebih dari duapuluh tahun ini, anak-anak muda yang melakukan kejahatan sangat kurang cerdas dalam hal moralitas,” ujar Borba.
Fleksibel dengan berbagai situasi
Stifter mengemukakan dalam penelitiannya bahwa kemampuan mengendalikan diri pada anak, membentuk fleksibilitas dalam beradaptasi dengan berbagai situasi. Pengendalian diri, yang termasuk di dalamnya menunda kepuasan, berkaitan dengan prestasi belajar anak di sekolah dan pergaulan.
Penelitian lain menyebutkan bahwa anak usia 4 tahun yang mampu menunda kepuasannya dalam jangka waktu cukup lama, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menghadapi sumber stresnya, pandai, dan berprestasi baik.
Perlu latihan dan belajar
Mengendalikan diri dapat dilatih sejak bayi, yaitu melalui rutinitas. Stifter mengatakan, keterampilan mengendalikan diri berkembang melalui tiga fase. Fase pertama, yaitu sampai anak berusia sekitar 18 bulan, disebut fase kontrol. Anak-anak usia ini perilakunya masih dikendalikan dari luar, oleh orang dewasa di sekitarnya. Fase kedua, disebut fase self control , ditandai dengan kesadaran anak melakukan kewajiban tanpa pengawasan. Fase ketiga atau yang terakhir, adalah kemampuan anak menyesuaikan dan mengatur diri dalam berbagai kondisi. Stifter tidak menyebut usia untuk dua fase yang terakhir.
Pengendalian diri dapat dilatihkan pada anak-anak balita, saat mereka, misalnya, suka mengamuk bila keinginannya tak terpenuhi. Pada anak usia 4 tahun, latihan lebih mudah karena anak usia ini lebih dapat memahami isi pembicaraan orang lain. Misalnya, saat ia menginginkan sesuatu, Anda sebagai orang tua tidak harus selalu memenuhinya. Ajaklah anak berpikir, apakah keinginannya itu hanya keinginan sesaat, ataukah kebutuhan jangka panjang.
Latihan fisik juga dapat digunakan untuk belajar mengendalikan diri. Mintalah anak berjalan di atas seutas tali, bertahan agar kaki tidak meleset dari atas tali.
Latihan lain dapat pula Anda lakukan. Hadapkan anak pada Anda dengan memperlihatkan tali dan memintanya tidak menyentuh tali itu sampai Anda mengizinkan anak menyentuh. Bila ia tidak dapat menahan diri sebelum Anda mengizinkan, tundalah memberikan, misalnya, mainan baru yang Anda janjikan pada si kecil sampai keesokan harinya.
Immanuella F. Rachmani
Label:
Perilaku Anak,
Psikologi anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar