LIBUR akhir tahun yang cukup panjang usai sudah. Anak-anak kembali bersekolah, orangtua pun kembali konsentrasi penuh kepada pekerjaannya.
Budi, 37, agak bingung saat menghitung cutinya sebentar legi selesai. Liburan ini, dia dan istrinya sengaja mengambil cuti bergantian. Sang istri mengambil cuti seminggu sebelum Tahun Baru, sementara dirinya cuti usai pergantian tahun.
"Padahal kita sudah dua minggu cuti, kok masih kurang juga ya?" kata Budi.
Seminggu di rumah putri bungsunya lekat dengan sang ayah, sehingga ketika cutinya hampir habis, Budi merasa berat untuk kembali bekerja. Terbayang kesibukan yang menyita hari-harinya, kala dia di kantor. Rupanya, waktu dengan keluarga membuatnya amat bahagia. Pekerja di jasa financial itu pun seperi tak punya banyak waktu untuk bekerja.
Tak bisa dipungkiri, pada hari-hari biasa setiap anggota keluarga membutuhkan waktu keluarga. Orangtua harus pandai membagi waktu untuk anak-anak. Sebaiknya, waktu yang diberikan untuk keluarga bukan waktu sisa dari waktu pekerjaan. Tapi waktu keluarga memang sengaja diusahakan adakan lewat perencanaan.
"Para orangtua jangan berpikir untuk menomorsatukan pekerjaan dulu baru sisa waktunya buat anak-anak," kata konsultan psikologi sekolah Kinderfield pre school dan Adik Irma Kindergarten Vera Itabiliana.
Menurut dia, sebaiknya dahulukan waktu untuk keluarga sebelum pekerjaan. Tapi kalau orangtua ternyata jarang di rumah,� terpenting perlu ada kesatuan pola asuh konsisten yang dianut siapa pun pengasuh anak kita di rumah. Apakah itu babysitter, kakek, nenek atau tantenya. Jangan sampai pola asuh yang dikembangkan oleh nenek lain, lalu pola asuh tante lain dan pola asuh dari ibunya juga lain.
Kesatuan pola asuh tersebut tujuannya agar anak tidak bingung untuk mengontrol perilakunya. Jangan sampai anak berpikir: "Ah mumpung tidak ada mama berarti saya boleh begini." Hal tersebut terjadi karena perbuatan yang biasa dilarang ibunya tapi kemudian oleh neneknya diperbolehkan.
Begitu juga dari segi perhatian dari orangtua. Diusahakan semaksimal mungkin luangkan waktu untuk anak. Kalau kita tidak bisa ketemu di pagi hari atau malamnya, ada cara lain untuk berkomunikasi dengannya. Misanya dengan menelpon anak. Yakni, pada jam-jam ketika anak ada di rumah sedang beristirahat.
Di telepon kita bisa ngobrol tentang berbagai hal termasuk apa saja yang dialami anak hari ini. Tak terlalu sulit bagi kita untuk meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak melalui telepon.
Selain itu, bagi ayah dan ibu yang sibuk sejak Senin-Jumat, berarti waktu libur di akhir pekan mesti dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jangan lagi kita memanfaatkan akhir pekan dengan hal-hal lain di luar kegiatan bersama anak-anak.
"Idealnya sih jangan ada lagi pekerjaan dari kantor yang dibawa ke rumah pada waktu weekend. Karena dari Senin sampai Jumat, hak anak atas waktu bersama orangtua sudah diambil untuk pekerjaan. Jangan sampai di Sabtu dan Minggu yang seharusnya dinikmati anak bersama ayah-ibunya terenggut lagi gara-gara pekerjaan dari kantor yang dibawa ke rumah," papar Vera.
Tapi terkadang memang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan tetap harus dikerjakan. Sehingga menyita waktu akhir pekan bersama keluarga. Jika itu yang terjadi, kita perlu memanfaatkan kualitas hubungan di waktu singkat yang kita miliki bersama anak. Misalnya kita hanya punya waktu sejam, berarti waktu yang singkat itu kita perlu gunakan sebaik mungkin.
(sindo//tty)
0 komentar:
Posting Komentar