Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Batita Anda Terlambat Bicara?



Kalau Anda peka, naluri Anda bisa cepat mendeteksi gangguan perkembangan bicara si kecil. Apa saja sih gejalanya?

Seringkali, Anda baru buru-buru ke dokter ketika si 18 bulan atau 2 tahun belum juga bicara. Padahal, sebenarnya ini sudah agak terlambat. Menurut d r. I.G. Ayu Partiwi Surjadi, Sp.A, MARS , Direktur Klinik Perkembangan Anak RS Bunda, Jakarta, “Pada tiga tahun pertama kehidupan, otak adalah organ yang sangat pesat tumbuh kembangnya. Nah, periode ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan stimulasi, seandainya si kecil mengalami gangguan tumbuh kembang. Makanya, deteksi dini sangatlah penting.”

12 bulan pertama yang penting

Bicara adalah tahap perkembangan yang telah dimulai sejak bayi. Dan, tahap bicara mesti diperhatikan sedini mungkin, karena ternyata dapat dijadikan parameter ada tidaknya gangguan perkembangan pada anak. “Tentu saja, tanpa mengabaikan tahap-tahap perkembangan lain, seperti motor kasar-halus dan sosialisasi/interaksi, yang punya peran penting juga dalam menentukan optimal tidaknya perkembangan anak,” kata dr. Partiwi.

Benarkah gangguan bicara banyak ditemukan? Penelitian yang dilakukan di Klinik Perkembangan Anak, RS Bunda, Jakarta, pada tahun 2003 terhadap sekitar 60 orang anak (hanya sebagian kecil saja anak yang datang pada usia kurang dari 1 tahun) menunjukkan, belum bicara merupakan keluhan sebagian besar orang tua yang pada akhirnya didiagnosis sebagai Gangguan Perkembangan Multisistem ( Multisystem Developmental Disorder s/MSDD). Nah, gangguan ini adalah salah satu bentuk kelainan perkembangan yang muncul dalam bentuk gangguan relasi (berinteraksi) dan komunikasi yang akhir-akhir ini tampaknya terus meningkat.

Meski begitu janganlah terlalu cemas. Kegagalan dalam relasi dan komunikasi pada si 0-3 tahun dianggap sebagai kondisi yang masih dapat berubah dan tumbuh. Hanya saja, sulit memprediksi mana yang bisa normal perkembangannya dan mana yang akan mengalami gangguan. Jadi, harus bagaimana?

“Anak-anak yang diteliti tahun 2003 itu ternyata sejak bayi terlalu diam alias tidak mengoceh sesering bayi normal. Makanya, 12 bulan pertama kehidupan anak merupakan masa yang paling penting untuk mendeteksi tumbuh kembang bicaranya. Jadi, bila Anda ke dokter, sebaiknya bukan sekadar untuk imunisasi saja,” katanya lagi.

Jangan abaikan insting

Sebenarnya, bicara atau berkomunikasi sudah dimulai sejak masa bayi. Normalnya, bayi akan menangis dan bergerak. Nah, Anda biasanya belajar bereaksi terhadap tangisan dan gerakannya, sehingga terjadilah interaksi. Melalui pengalaman berinteraksi inilah, bayi akan belajar bahwa sikap Anda akan terpengaruh oleh tangisannya. Interaksi serupa akan terjadi, jika ia mengeluarkan suara. Jadi, aktivitas tersebut memang berpengaruh dalam perkembangan bicara dan bahasa balita.

Dengan mengerti tahap bicara si kecil, diharapkan gangguan bicara dapat segera ditemukan. Tidak seperti yang umum terjadi saat ini. Para o rang tua mempertanyakan mengapa anaknya belum juga berbicara. Padahal, sebenarnya yang dimaksud adalah mengapa si kecil belum berbahasa ekspresif.

“Sebelumnya, anak sudah melalui tahap bahasa reseptif dan bahasa visual. Kedua bahasa ini sebenarnya mirip. Apa bedanya? Reseptif adalah bagaimana Anda memahami perkataan balita, sedangkan bahasa visual atau bahasa tubuh adalah bagaimana Anda mengerti bahasa si kecil melalui sikap tubuh atau ekspresi mukanya. Sebagai catatan, bahasa visual dan bahasa reseptif merupakan salah satu tahap bicara yang dapat dipakai untuk mendeteksi apakah si kecil terlambat bicara atau tidak, sebelum bahasa ekspresifnya timbul,” jelas dr. Partiwi.

Dokter anak kelahiran Singaraja, Bali ini kembali mengingatkan, “Yang penting, sebaiknya Anda tidak mengabaikan naluri Anda. Begitu merasa ada sesuatu pada si kecil, segeralah bawa ke dokter. Beberapa penelitian telah membuktikan ketajaman naluri para orang tua, sehingga dokter tidak akan mengabaikannya begitu saja. Mungkin sekali kecurigaan Anda tidak bisa dipastikan kebenarannya hanya dalam satu kali pertemuan saja. Dokter mungkin saja meminta Anda untuk datang 1 atau 3 bulan lagi.”

Second opinion boleh , asal ...

Pada prinsipnya, semakin dini keterlambatan bicara anak ditangani, semakin bagus kemungkinan membaiknya. Ini tergantung pada kelainan apa yang jadi dasar gangguan perkembangan si kecil. Partiwi memberi contoh anak dengan kelainan gangguan pendengaran. Begitu diberi alat bantu dengar, maka gangguan perkembangan bicaranya akan segera teratasi. Sebaliknya, anak dengan MSDD atau autis, mungkin akan butuh waktu lebih lama penanganannya.

Lalu, kendala apa yang paling sering terjadi? “Kejenuhan Anda, sehingga upaya penanganan anak berhenti di tengah jalan. Padahal, hasilnya pasti kurang baik bila upaya tidak dilakukan secara konsiten. Hal ini biasanya dialami orang tua dari anak dengan kelainan yang butuh waktu lama untuk menanganinya.”

Ia melanjutkan, “ Selain jenuh, kadang Anda juga bingung menghadapi banyaknya metode penyembuhan atau terapi yang ada saat ini . Sebenarnya, boleh-boleh saja Anda mencari second opinion, asal ada yang baik kerja sama antara dokter pertama dan dokter kedua. Anda tak perlu takut berterus terang pada dokter pertama nantinya. Dan lagi, second opinion itu bagus dan merupakan hak Anda sebagai orang tua. Pastikan jalan keluar yang terbaik bagi si buah hati tercinta.”(ayahbunda)

0 komentar: