Si 4 Tahun Suka Salah Ucap
Si empat tahun mulai cerewet berkata-kata. Namun ia masih sering salah mengucapkan kata-kata.
"Aku mau main di lumah aja sama Lina," ujar Sasya pada ibunya. Di usia yang keempat ini, si kecil masih sulit mengucapkan huruf “R” dengan benar. "Gimana ya menghilangkan cadel Sasya?" ungkap Santi, sang ibu, pada suaminya.
Kemampuan berbahasa
Penguasaan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika anak dalam berbicara, menggambarkan sistematika berpikirnya. Bagaimana pun bahasa, dalam hal ini bahasa lisan, tidak dapat dipisahkan dari pola pikir seseorang.
Perkembangan bahasa anak-anak usia ini memang masih jauh dari sempurna. Justru itulah potensi mereka perlu dirangsang melalui latihan dengan cara berkomunikasi aktif menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan ayah, ibu maupun anggota keluarga lain sangat mempengaruhi keterampilan anak berbicara dan berbahasa.
Perhatikan bagaimana anak bicara. Apakah ia mulai lancar atau ada hambatan di sana-sini? Berikan tanggapan responsif terhadap apa yang diucapkan si empat tahun, sekalipun itu tidak tepat.
Bagaimanapun anak perlu umpan balik agar ia dapat belajar dari ’kesalahan’ yang dibuatnya, menuju keterampilan berbahasa yang lebih baik. Orang tua perlu memberi perhatian penuh terhadap pencapaian si kecil di bidang ini.
Masalah yang mungkin timbul
Pada usia empat tahunan, anak terkadang terdorong untuk bereksperimen dengan kebolehannya berbicara. Misalnya, ia dengan sengaja mengucapkan kata terbalik-balik, seperti kata “koran” menjadi "ranko" atau kata "kepala" menjadi "kelapa". Hal ini perlu mendapat perhatian jika anak mengucapkannya berulang-ulang tanpa merasa bersalah.
Anda perlu mengucapkan kata yang sebenarnya perlahan-lahan, tanpa bermaksud menyalahkannya. Misalnya, "Maksud Didi ‘koran’ ya…?" Jika si kecil tetap saja menyebutkan kata dengan terbalik-balik hingga beberapa waktu, sudah saatnya Anda periksakan ia pada ahlinya.
Selain itu, si empat tahun pun kerap salah menyebut beberapa huruf, seperti “K” menjadi “T”, atau “R” menjadi “L”, seperti terjadi pada Sasya. Jika ini terjadi, cobalah mengoreksi tanpa menyalahkan.
Pancinglah si kecil untuk mau berlatih menyebut huruf yang sulit disebutkannya berulang kali. Misalnya, melalui permainan menyebut kata yang mengandung huruf yang sulit disebut anak dengan cara yang lucu. Contohnya, " Ada burung di atas pagar, begitu Rani datang langsung… brrrrrr… burung itu terbang!"
Hal lain yang juga kerap salah adalah mendengar sebuah kata. Misalnya, kata “turun” anak dengar seperti kata yang hampir mirip, seperti “nyunyun”. Atau kata “susu” ia dengar “cucu”.
Cobalah betulkan kata-kata yang diucapkannya. Katakan, misalnya, "Oh maksud Sasya turun ya…?" Namun, jika terus berulang, Anda perlu memeriksakan pendengaran si kecil pada ahli yang tepat.
Esthi Nimita Lubis
Label:
Komunikasi - interaksi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar