Si kecil asyik berkonsentrasi pada satu hal. Sungguh sulit mengalihkan perhatiannya. Perlu tindakan bijak agar anak tak merasa terganggu.
Vania (2 tahun) terlihat memusatkan perhatiannya pada buku mungilnya yang terbuat dari plastik. Pandangannya tak lepas dari lembar demi lembar buku itu. Panggilan Nia, sang ibu, tak dihiraukannya. Padahal, Nia sudah tidak sabar akan memandikannya. Bijaksanakah Nia membuyarkan konsentrasi putrinya?
Jika tertarik pada sesuatu, perhatian anak usia ini sering terlihat begitu fokus sehingga, terkadang, apa yang ada di sekelilingnya tak digubrisnya. Coba lihat, tangannya mengarah ke sesuatu, mulut terlihat mengerucut lucu, dan tangan mengutak-atik benda tersebut dengan asyiknya. Bisa-bisa, bunyi sesuatu yang keras di dekatnya tak ia gubris.
Begitulah cara anak mempelajari berbagai hal. Jika Anda mengacaukan konsentrasinya dengan, misalnya, mengajaknya mandi atau menyingkirkan benda yang menarik perhatiannya, bersiap-siaplah menghadapi amukannya. Anda sendiri yang repot, bukan?
Atasi dengan bijaksana
Terkadang Anda terpaksa memecah konsentrasinya. Misalnya sudah saatnya ia mandi, atau tidur. Nah, di sinilah Anda mesti menggunakan cara-cara bijak agar si kecil dengan sukarela meninggalkan ‘proyek besarnya’. Ada beberapa cara bijak yang dapat Anda coba.
* Beri ancang-ancang untuk menyetop kegiatannya. Misalnya, katakanlah, “Lagi asyik, ya? Ya… sudah. Tapi kalau ketel air panas sudah bunyi, kamu langsung mandi, ya!” Cara ini membuat anak tak merasa kesenangannya dihentikan semena-mena. Jika tiba waktunya, dan ia belum selesai, misalnya sedang menggambar ikan, bersabarlah beberapa menit hingga gambarnya selesai. Dengan demikian, si kecil merasa Anda menghargai pekerjaannya.
* Anda dapat mengombinasikan pekerjaan si kecil dengan kegiatan yang Anda maui. Misalnya, jika anak masih asyik dengan mobil-mobilannya, dan Anda harus segera memandikannya; biarkan dia membawa mobil-mobilannya untuk ikut mandi. Si kecil masih bisa berkonsentrasi pada mobilnya, sementara Anda memandikannya .
* Hargai perasaannya jika anak tiba-tiba harus menghentikan kegiatannya. Misalnya dengan mengatakan, “Aduh sayang sekali ya kita harus menutup buku ini, padahal isinya bagus sekali lho. Lain kali kita buka lagi ya!”
* Bersabarlah. Toh ia tak hanya sedang bermain, tapi juga sedang belajar mengeksplorasi lingkungannya.
Esthi Nimita Lubis (ayahbunda)
0 komentar:
Posting Komentar