Si 1 Tahun Membenturkan Kepala
Meski tak bisa diabaikan, kebiasaan membenturkan kepala tak selalu mengindikasikan suatu masalah.
Maya berteriak meminta Choki (18 bulan) menghentikan kegiatannya membentur-benturkan kepalanya ke kursi. Choki melihat ibunya dengan pandangan tak bersahabat sambil tetap membenturkan kepalanya.
Walau Choki membenturkan kepalanya perlahan-lahan, mirip gerak ritmis berulang, dan pada kursi berbantalan empuk namun, tak urung Maya panik. Ditariknya si kecil lalu dipeluk erat-erat, “Choki tidak boleh melakukan itu lagi ya…,” ujarnya berkali-kali.
Berbagai penyebab
Pada umumnya, anak seusia Choki membenturkan kepala karena tantrum atau sikap negativistik. Anak-anak usia ini biasanya kesulitan menunda keinginannya, sehingga ketika ingin sesuatu, mereka berusaha sekuat tenaga mendapatkannya saat itu juga. Inilah penyebab anak-anak ini mudah frustrasi ketika keinginannya tak terpenuhi. Salah satu cara menunjukkan rasa frustrasinya adalah dengan membenturkan kepalanya berulang kali.
Ahli lain justru mengatakan si satu tahun yang membentur-benturkan kepalanya ke tembok merupakan perbuatan normal. Anak usia ini biasanya senang menggoyang-goyangkan badannya, yang kemudian berlanjut dengan dibenturkannya kepala secara ritmik mengikuti goyangan badannya..Gerakan yang disebut kinestetik ini merupakan suatu pengulangan dari gerak yang biasa dirasakannya ketika berada dalam rahim ibu.
Selain itu, kebiasaan ini juga ditemukan pada anak-anak yang kurang terstimulasi dengan baik; seperti buta, tuli, serta anak-anak yang kesepian dan bosan. Anak-anak ini membentur-benturkan kepala untuk mendapatkan stimulasi.
Kemungkinan lain adalah, anak membentur-benturkan kepalanya untuk melepaskan ketegangan dan bersiap-siap untuk tidur. Ada juga kemungkinan karena rasa sakit akibat infeksi telinga yang dialami si kecil. Selain itu, juga ada berbagai kemungkinan lain, diantaranya anak yang menderita autisme.
Menurut jurnal American Academy of Child Psychiatry diketahui 20% dari keseluruhan anak sehat biasanya punya kebiasaan membentur-benturkan kepala, dimulai di usia enam bulan. Diketahui pula bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan tiga kali lebih banyak melakukan tindakan ini dibanding anak perempuan.
Melihat begitu banyak kemungkinan, orang tua sebaiknya mencari tahu penyebab anak membenturkan kepalanya. Apakah ia sedang kesal, atau siapa tahu telinganya sedang terinfeksi. Kemungkinan lain adalah keinginan anak mendapat perhatian.
Coba saja Anda cermati kesehariannya, apakah ia melakukan kebiasaannya hanya di depan Anda, atau di setiap waktu. Observasi Anda sangat membantu diagnosa ahli, jika suatu saat dibutuhkan.
Bantu menghentikan
Pada umumnya benturan kepala ke dinding atau bidang lain tidak akan menyakiti anak. Rasa sakit akan menahan si kecil membenturkan kepalanya keras-keras. Ia hanya akan membenturkan kepala sebatas kemampuan kepala bisa mentolerir rasa sakitnya. Namun, tetap saja Anda harus memperhatikan kemungkinan anak celaka akibat perilakunya.
Jika si satu tahun membenturkan kepalanya karena tantrum atau mencari perhatian, sebaiknya pastikan benturan tidak menyakitinya. Abaikan perbuatannya jika Anda yakin ia akan baik-baik saja. Jika Anda terlihat panik karena perilakunya, dengan senang hati si kecil mengulangi perbuatannya kelak jika ia ingin Anda perhatikan. Anda pun dapat mengajak anak melakukan kegiatan lain yang lebih menarik, untuk membantu ia lupa dengan kegiatannya membenturkan kepala.
Biasanya kebiasaan ini berhenti dengan sendirinya saat anak menginjak usia 18 hingga 30 bulan. Namun, jika anak masih saja membentur-bentur kepalanya, bisa jadi inilah saat Anda lebih serius memperhatikannya. Jika perlu konsultasikan pada dokter anak yang biasa merawat si kecil.
Esthi Nimita Lubis(ayahbunda)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar