Si 3 tahun Takut Berpisah Lama
Ia tak lagi suka mengekor. Ketakutannya pada orang lain pun lenyap. Tapi, si 3 tahun tampak masih saja enggan berpisah lama dengan orang tuanya.
“Takut merupakan bagian normal dari proses perkembangan anak. Setiap orang punya tingkat ketakutan masing-masing,” ujar Robin F. Goodman , Ph.D dan Anita Gurian, Ph. D . dari Child Study Center , Universitas New York, di Amerika. Dalam menghadapi suasana baru, orang dewasa pun kerap merasa takut. Namun, orang dewasa tahu kapan sumber ketakutannya akan berlalu, sedangkan anak tidak tahu.
Anak-anak dari usia delapan bulan hingga dua tahun mengalami berbagai ketakutan. Misalnya, takut gelap, takut suara guntur , takut mandi, takut gonggongan anjing, bunyi blender , atau vacuum cleaner. Di usia berikutnya, tiga sampai empat tahun, bertambah hal-hal yang membuat anak takut.
Kapan berkurang?
Anak-anak belajar mengatasi rasa takutnya sejalan dengan berkembangnya kemampuan anak menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya. Cara-cara anak mengatasi rasa takutnya terus berubah sesuai usia.
Anak mengatasi takut dengan menangis sekeras-kerasnya hingga orang dewasa datang dan menenangkannya serta memastikan bahwa segala sesuatunya aman-aman saja. Anak-anak yang lebih besar berusaha memahami penyebab rasa takutnya dengan cara melihat atau mencari sumber rasa takutnya. Kemudian, ia menggunakan alasan-alasan logisnya untuk mengatasi ketakutannya. Menguasai rasa takut lebih dapat membantu anak menghadapi bahaya ketimbang menghindarinya.
Anak usia tiga tahun umumnya tidak lagi takut pada orang asing. Ketika memasuki kelompok bermain, guru dan teman-teman tidak membuatnya ketakutan. Ketakutan utama pada si tiga tahun adalah berpisah dengan orang tuanya dalam waktu yang cukup lama. Meski demikian, bukan berarti ketakutan-ketakutan lain pun lenyap. Mungkin juga bertambah, namun tergantung pada lingkungannya.
Bantu mengatasi
Meski takut itu hal yang normal dalam proses perkembangan, namun tak boleh dibiarkan menetap. Anak perlu dibantu mengatasi ketakutannya agar lebih terampil menghadapi setiap peristiwa atau perubahan dalam hidupnya.
Hal pertama dan paling penting adalah, orang tua harus berhati-hati mengekspresikan ketakutannya. Karena, tak sedikit ketakutan anak diperoleh melalui proses belajar. Orang dewasa, terutama orang tua, merupakan role model yang paling disukai anak, juga dalam hal membentuk rasa takut anak terhadap sesuatu.
Mengenali sumber ketakutan anak, atau mengenali apa saja yang membuat anak takut merupakan langkah penting untuk membantu anak mengatasi rasa takutnya. Bila anak takut suara keras seperti guntur , ajak anak melihat kilatan petir, yang akan diikuti bunyi guntur . Demikian pun bila anak takut pada bunyi benda-benda, ajak anak melihat benda yang berbunyi itu.
Berpisah lama dengan orang tua merupakan ketakutan yang memakan waktu cukup lama untuk menghilangkannya. Sampai beberapa minggu setelah anak masuk kelompok bermain, misalnya, tergolong wajar bila si kecil masih merasa takut.
Bagaimana mengatasinya? Anda dapat meminta anak memilih siapa yang paling ia sukai untuk mengatarnya ke kelompok bermain. Anak-anak lebih mudah berpisah pada salah satu orang yang dekat dengannya. Misalnya saja, ia merasa lebih aman bila berpisah dengan pengasuhnya, saat pelajaran di kelas mulai.
Immanuella F. Rachmani(ayahbunda)
Label:
Psikologi anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar