Si 2 Tahun Mencakar, Mencubit, Menggigit
Mengapa si 2 tahun tiba-tiba suka mencakar, mencubit, menggigit dan bahkan tak jarang menjambak orang lain di sekitarnya? Ia bergurau atau sungguh-sungguh?
Si 2 tahun punya kebiasaan yang kadangkala sudah dijalaninya di masa bayi, yaitu mencakar, mencubit, menggigit dan perilaku menyerang lainnya. Tidak sedikit orang tua yang kemudian bingung menghadapi si penyerang cilik ini.
Empat penyebab
Menurut psikolog perkembangan dari Munich , Jerman, Ulrich Diekmeyer , ada empat situasi tipikal yang berkaitan dengan hobi baru si 2 tahun. “Ketika si kecil memperoleh kesan bahwa perilaku mencubit, mencakar, atau memukul orang lain menyenangkan maka orang tua akan sulit meyakinkan anak untuk menghentikannya,” jelas Diekmeyer.
Diekmeyer lantas menyarankan agar sejak awal, ketika anak-anak memperlihatkan rasa senang saat melakukan perilaku kasar apalagi agresif, orang tua harus menegaskan bagaimana mereka harus melihat situasi ini. “Mencubit, menggigit, atau menjambak menyakitkan orang lain, dan itu tidak dibenarkan,” tutur Diekmeyer.
Empat situasi tipikal yang dimaksud Diekmeyer adalah anak-anak yang melakukannya atas dasar kesenangan, anak-anak yang terlalu bertenaga (secara fisik), anak-anak yang merasa frustrasi, dan anak-anak yang bosan. Ketika Anda menemukan anak berperilaku seperti ini, bukalah mata dan telinga Anda, situasi tipikal mana yang tengah menimpa si 2 tahun Anda?
Pahami kondisi anak
Si 2 tahun Anda yang suka bercanda dengan cara-cara yang sedikit kasar, biasanya adalah anak yang manis dan baik. Biasanya ia menyerang korbannya dengan mimik wajah penuh suka cita, tersenyum senang dan tanpa rasa bersalah. Agresivitas yang dilakukannya lebih dikarenakan ia punya pengalaman yang disimpulkan secara keliru, bahwa memukul orang lain membuatnya tertawa.
Si kecil yang selalu bertenaga, lain lagi ceritanya. Ia kerap kali tak sengaja menepuk sang mama terlalu keras, sehingga akhirnya tampak sebagai perilaku memukul. Terkadang ia mengelus rambut temannya dengan tenaga penuh hingga akhirnya temannya merasa dijambak.
Berbeda lagi dengan buah hati Anda yang berusia 2,5 tahun yang menggigit pengasuhnya setiap kali keinginannya tak dituruti. Mungkin bukan karena keinginannya yang berlebihan, tetapi terkadang itu terjadi hanya karena orang lain tak memahami apa yang diinginkannya. Ia melakukan agresi sebagai kompensasi rasa frustrasi.
Si pembosan juga berbeda. Dengan mencakar atau memukul, ia berharap bisa merebut perhatian orang lain. Terkadang ia membuat ulah hanya karena tak tahu lagi kegiatan apa yang dapat dilakukannya.
Untuk keempat sebab agresivitas anak di atas, Diekmeyer menyarankan orang tua untuk mengatasinya sesuai penyebab dan kebutuhan anak. “Apabila si pembosan cilik menyerang temannya, cobalah atasi penyebab utamanya, yaitu kebosanannya. Berikan si kecil berbagai ide permainan menarik,” ungkap Diekmeyer.
Tetap konsekuen
Sejak dini biasakanlah selalu mendiskusikan dengan anak apa yang sebaiknya dilakukan ketika terjadi pelanggaran. Misalnya saja, Anda telah membuat batasan tentang hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Cobalah Anda diskusikan dengan anak, apa yang sebaiknya Anda lakukan jika ia melanggar.
Jika kesepakatan telah Anda buat bersama anak, bersikaplah konsekuen, meskipun sekilas tampaknya sikap seperti ini terlalu keras untuk anak seusia ini. Tapi percayalah, justru dari peristiwa atau pengalamannya di masa kecil, kepribadiannya terbentuk.
Cara termudah menghindarkan si kecil berperilaku agresif, menurut Diekmeyer, adalah dengan menumbuhkan keyakinan diri anak yang sehat. “Ini dapat diraih dengan mudah apabila orang tua memperlihatkan anak berbagai hal yang mahir dilakukan si kecil. Beri penghargaan bahwa ia mampu melakukan sesuatu dengan baik,” Diekmeyer menekankan.
Meskipun konsekuen dan konsisten dalam menghadapi situasi ini, Diekmeyer juga mengingatkan agar orang tua tak lantas kalang kabut. Bersikaplah tenang, tak perlu panik. Seandainya semua cara sudah Anda coba tapi si kecil masih juga suka menyerang, saatnya Anda membutuhkan seorang ahli untuk membantu mengatasi hal ini.
Andi Maerzyda A. D. Th.(ayahbunda)
Label:
Perilaku Anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar