MODERNITAS memang memaksa orang bergerak cepat, serba sibuk, dengan segala kepadatannya. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat dan padat tersebut tentu berpengaruh terhadap keluarga. Karena itu, berdampak pada komunikasi orangtua dan anak akan semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami dan mendalami pun akan semakin sempit.
Menurut psikolog Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto, orangtua perlu membentuk komunikasi yang efektif di antara sempitnya ruang waktu bersama keluarga. Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata. Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks. Bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata.
"Orangtua harus tetap meluangkan waktu seberapa pun juga dalam sehari untuk berkomunikasi dengan tatap muka, langsung atau sekadar menelepon anak," kata pria yang memiliki kedekatan dengan dunia anak ketika dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Minggu (17/2/2008).
Menurut Kak Seto, keluarga sebagai tempat berangkat dan kembali. Karena itu ketika ada waktu bertemu dengan seluruh anggota keluarga hendaknya manfaatkan dengan semaksimal mungkin. "Kalau ada waktu bertemu, maka tingkat kesabaran orangtua harus lebih tinggi. Jangan sampai karena orangtua merasa capai, lantas marah dengan anak karena hal sepele. Karena kemarahan itu akan merusak komunikasi efektif," jelas pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 57 tahun silam itu.
Masih menurut pria yang terkenal dengan boneka Si Komo itu, dalam penelitian orangtua biasanya berbicara tujuh kali dan mendengar satu kali. "Ini harus dibalik menjadi berbicara satu kali dan mendengar tujuh kali. Karena pada dasarnya anak itu selalu ingin didengarkan," papar pria yang dikenal sebagai sahabat dan pendidik anak-anak itu.
Seni mendengarkan membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan mendengarkan, hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan, komunikasi yang sejati, sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi atau yang dirasakan oleh lawan bicara meski dengan kata-kata yang sangat minimal.
Menurutnya lagi, dalam memecahkan berbagai masalah harus berdasarkan pada pertimbangan win-win solution. Artinya orangtua di sini tidak boleh otoriter, tapi harus melihat jalan terbaik untuk kedua belah pihak. Faktor lain yang tidak kalah penting menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia ini adalah jangan enggan untuk evaluasi diri.
"Bagaimana pun juga orangtua harus berani mengubah diri sendiri. Kalau selama ini terlalu lembek maka sudah sebaiknya harus tegas, demikian pula sebaliknya," imbuhnya.
Proses komunikasi efektif antara orangtua dengan anak, sangat membantu anak memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang lain. Bagaimana, sudah menerapkan komunikasi efektif dengan buah hati? (mbs)
0 komentar:
Posting Komentar