Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Si Kecil Cerewet Bertanya

MENANGIS menjadi satu-satunya bahasa komunikasi si kecil. Semua perasaan diungkapkan dengan cara itu, hingga si kecil terampil berbahasa.

Seiring dengan berkembangnya kemampuan si kecil menjalin komunikasi, dia pun makin memiliki rasa ingin tahu yang besar. Menjadi sangat ingin tahu tentang segala hal. Mengapa ini dan itu terjadi, sampai hal-hal yang sulit dijawab. Tak heran bila orangtua atau orang dewasa kewalahan menjawab rentetan pertanyaan yang dilontarkan.

Kadang, bila kehabisan akal, tak jarang orangtua berujar: "Aduh kamu jangan berisik!" Atau pertanyaannya yang dianggap sepele atau tak logis ditanggapi dengan jawaban asal-asalan. "Mengapa burung bisa terbang?" "Ya, memang sudah dari sananya begitu. Sudah, ah, kamu ganggu Mama masak aja sih!"

Nah, bagaimana menyikapi berondongan pertanyaan si kecil? Spesialis perkem- bangan anak Dr Brenda Hussey-Gardner PhD MPH dalam bukunya Parenting to Make a Difference: Your One to Four Year Old Child mengatakan, saat anak memasuki usia 2 tahun lebih, tepatnya usia 30-36 bulan, sewajarnya dia senang mengajukan banyak pertanyaan.

Pada usia tersebut, anak menunjukkan kehausannya untuk memahami dunia sekitar. Dia sangat ingin berkomunikasi. Anak usia tersebut juga sangat termotivasi untuk belajar. Kata "mengapa" bukan semata untuk memperoleh informasi, juga untuk berkomunikasi.

Kata "Mengapa" dan "Mengapa bisa begitu?" adalah pertanyaan favorit mereka. Kadang mereka malah mengajukan pertanyaan yang mereka sudah tahu jawabannya. "Semua ini adalah bagian dari perkembangan bahasa ekspresif mereka," ujar Brenda.

Brenda menjelaskan tiga alasan anak senang bertanya dan mengulang-ulang pertanyaan. Pertama,untuk menguji pengetahuan dan ingatannya sendiri. Kedua, dia ingin memberi tahu kita tentang sesuatu. Dan ketiga, dia menginginkan kita menanyakan juga pertanyaan tersebut kepadanya.

Salah seorang tokoh pendidikan legendaris asal Amerika Serikat John Holt dalam bukunya How Children Fail How Children Learn mengatakan, sudah sewajarnya anak-anak selalu mengajukan pertanyaan karena rasa penasaran.

"Mereka selalu ingin memahami berbagai hal, mengetahui bagaimana sesuatu bekerja, memperoleh kemampuan dan mengontrol dirinya dan lingkungannya, serta melakukan yang dapat dilakukan orang lain," ujar John.

Dia menambahkan, pada dasarnya anak-anak memiliki sikap terbuka, cepat mengerti, dan sangat suka segala sesuatu yang dilakukan dengan eksperimen.

Hal senada diungkapkan Director Kinderfield Preschool/ Kindergarten Yustitia. Dia menuturkan, biasanya anak akan mulai bertanya ketika kecerdasan verbal sudah siap, yaitu sekitar usia 2,5-3 tahun.

Namun, pertanyaannya masih sangat sederhana. Kemudian, saat anak menginjak usia empat tahun, pertanyaan mereka akan semakin kompleks. Jika sebelumnya kata pertama yang dipakai diawali dengan "apa", maka seiring dengan perkembangan otak anak, maka kalimat tanya yang dipakai anak, diawali dengan kata "mengapa".

Pertanyaan yang sering dilontarkan anak,"Mengapa burung bisa terbang." Atau, ketika dia melihat pohon yang berbuah, maka dia akan bertanya mengapa itu terjadi. Yustitia menyarankan, orangtua tidak perlu bingung saat menjawab pertanyaan anak.
(sindo//tty)

0 komentar: