KORAN edisi minggu telah selesai dibaca habis ibu dan bapak. Sulung Anda pun sudah menamatkan membaca dongeng di halaman anak-anak. Kini saatnya koran digelar di atas meja dan sekeluarga merubung TTS. Ibu mebacakan pertanyaan, ayah menjawabnya dan si Upik yang mengisikannya ke kotak-kotak kosong. Sesekali, ia turut menjawabnya, bahkan mencoba mencari jawabannya di kamus dan ensiklopedia. Apa sih manfaat mengisi TTS bagi putri-putra kita?
Menanamkan sikap sabar serta fokus dalam dunia anak yang begitu spontan dan berwarna kadang menjadi kesulitan tersendiri bagi orangtua. Tingginya keingintahuan anak dan hasratnya mencoba banyak hal membuat mereka kadang tak bisa fokus dan sabar. Nah, ternyata, TTS alias teka-teki silang bukan hanya membuat anak meningkat memfokuskan pikiran dan bersikap sabar dan teliti dalam mengerjakan apapun.
"Pada dasarnya anak yang sudah bisa membaca dan menulis -sekitar usia 5 sampai 6 tahun- sudah bisa diperkenalkan dengan teka-teki silang. Tentu saja tingkat kesulitannya harus disesuaikan dengan usia serta kemampuan anak. Sehingga, anak tetap menikmati proses pengerjaannya dan tak merasa terbebani," ungkap Rosdiana Tarigan, MPsi, MHPEd, Psikolog yang berpraktik di Rumah Sakit Pluit ini.
Ia pun melanjutkan, media yang digunakan anak dalam mengerjakan teka-teki silang juga tak jadi masalah, baik yang biasa ada di koran, majalah atau buku TTS maupun di komputer sama baiknya. Tinggal disesuaikan saja dengan minat serta kebutuhan anak. Bukan berdasarkan keinginan orangtua tentunya.
Tiap anak berhak bermain, yang merupakan bagian penting perkembangannya. Mengisi TTS dapat menjadi pilihan bermain bagi anak, jika dilakukan dalam keadaan menyenangkan. Anak diajak memainkan imajinasinya untuk menghasilkan sebuah kata yang tepat sesuai pertanyaan melalui stimulus satu huruf baik di awal, tengah maupun akhir.
Rosdiana mengungkapkan, "Mengisi TTS ini memerlukan kesabaran, fokus serta pengetahuan umum yang memadai sesuai tingkatan usia dan kemampuan anak. Saat anak mulai mencocokan urutan pertanyaan dengan letak kotak secara mendatar atau menurun sesungguhnya hal tersebut pun dapat mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi mata dan tangan. Pada saat itulah anak membiasakan diri untuk fokus serta berkonsentrasi agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat."
Tentu dalam mengerjakan TTS anak tak selalu mulus dalam menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada. Ada kalanya anak menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia terhadang kesulitan. Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena ditengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi kedalam deretan kotak tersebut, sesungguhnya tanpa disadari anak tengah belajar mengendalikan emosi dan bersabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Dalam hal ini adalah jawaban dari TTS yang sedang dia kerjakan.
"Seiring waktu berjalan, perlahan anak akan mengerti bahwa tak selalu yang diinginkan bisa didapat dengan mudah bahkan terkadang harus didapatkan dengan usaha yang keras. Di sini pun anak dapat belajar memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri," imbuh Psikolog kelahiran Surabaya, 30 September 1973 ini.
Penguasaan kosa-kata serta general knowledge memang sangat dibutuhkan saat anak mengerjakan TTS. Agar kesabaran anak dalam memecahkan jawaban TTS tersebut tak sia-sia dengan penguasaan pengetahuan umum serta kosa-kata yang memadai maka tak ada salahnya orang tua membelikan kamus untuk anak yang tidak terlalu tebal wujudnya ataupun buku pintar serta ensiklopedia.
Salah satu kelemahan TTS yang dimuat pada media cetak adalah pertanyannya kurang variatif serta terkesan diulang-ulang. Ini diamini Abubakar Ali, SPd, guru Bahasa Indonesia SD Global Islamic School Lazuardi.
"Untuk mengatasinya, kewajiban pendidik dan orang tua untuk kreatif. Misalnya dengan menetapkan kosa-kata yang akan diajarkan, masukkan dalam tema besar terlebih dahulu agar fokus dan tak melebar, "ujar Abubakar.
Ia juga menyarankan untuk memecah kosa-kata tersebut ke dalam pertanyaan mendatar dan menurun, susun kotak-katik sesuai dengan jumlah pertanyaan. Bahkan jika memungkinkan bentuklah bagian hitam yang di luar kotak dengan bentuk-bentuk yang lucu, seperti buah-buahan ataupun tokoh kartun agar anak tertarik mengisinya. Hal terpenting lainnya adalah berikan TTS yang sesuai dengan usia serta kemampuan anak, agar permainan ini tetap menyenangkan untuk dilakukan dan tak terkesan membebani anak di luar batas kemampuannya.
Di balik semua manfaat yang ada, sesungguhnya ada satu kekhawatiran yang timbul jika anak gemar mengisi TTS baik di media cetak ataupun komputer. Permainan jenis ini sesungguhnya bersifat adiktif sehingga memungkinkan anak untuk ketagihan. Jika anak berhasil memecahkan satu jawaban maka dapat dipastikan ia akan tertantang memecahkan jawaban berikutnya yang levelnya lebih sulit, begitu seterusnya.
Saat anak asyik dengan dunianya sendiri dengan menarik diri dari pergaulan adalah awal dari berbagai macam masalah psikologis yang kemungkinan dapat muncul di kelak kemudian hari.
"Di sinilah peran orangtua dalam mendampingi serta mengawasi anak benar-benar dibutuhkan. Rasanya akan lebih baik jika saat mengerjakan TTS ini orang tua mendampingi, ikut meramaikan suasana dan jadikan sebagai family gathering �yang dapat mempererat hubungan dengan anak sekaligus menciptakan quality time," saran Rosdiana seraya mengakhiri.
(sindo//tty)
0 komentar:
Posting Komentar