Warna dan emosi pada buah hati

Pernahkah Anda perhatikan bahwa warna dan anak adalah dua elemen dan sulit dipisahkan? Sejak bayi, mereka sudah mengenal warna. Terbukti, mereka lebih menyukai mainan yang berwarna primer (mencolok) bila dibanding warna pastel (biasa saja).

Menurut seorang psokologi dari sebuah universitas, warna adalah senyawa interior. Karena terkait erat dengan emosi anak, sebaiknya hati-hati dalam memilih warna untuk anak terutama warna di ruang-ruang yang sering ditempati oleh anak, seperti ruang tidur, kamar mandi, ruang bermain, dan ruang belajar. Sedangkan ruang-ruang lain seperti tuang tamu, ruang makan serta ruang keluarga tidak berpengaruh besar terhadap anak.

Disarankan untuk memilih warna-warna yang cerah guna merangsang kreativitas anak, memberi semangat, memengaruhi rasa estetika, menguatkan daya imajinasi dan menguatkan rangsangan motorik.

Anak juga memiliki reaksi posotif terhadapa warna cerah, misalnya pink, biru, atau merah. Sebaiknya, anak akan memberikan reaksi negatif terhadap warna gelap seperti coklat, hitam, dan abu-abu.

Psikolog asal Amerika melakukan penelitian terhadap anak-anak dan lukisan yang mereka gambar. Anak-anak tersebut diminta untuk melakukan “Dragon Test” dengan cara melukis meggunakan warna-warna bebas, tergatung keinginan anak-anak tersebut. Penelitian yang memakan waktu tahunan ini akhirnya memperoleh hasil, bahwa anak-anak yang banyak menggunakan warna (biasanya warna cerah atau primer) menunjukan kecendrungan akan kehidupan emosi yang kaya atau ekspresif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perasaan.

Sedangkan anak-anak yang sering menggunakan warna hitam atau biru menyiratkan kebutuhan akan kontrol diri dan emosi yang dipendam. Anak-anak yang sering menggunakan warna merah menunjukan kondisi emosi yang tidak terhalangi atau ekspresif. Sedangkan anak yang lebih sering menggunakan warna hijau menunjukan emosi seimbang, tidak impulsif, dan tidak rumit. [tr]