Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Menjaga Batasan Antara Orangtua dan Anak

MEMBINA hubungan baik antara orangtua dan anak tidaklah mudah. Sebab ketika orangtua bersikap keras, biasanya anak akan acuh tak acuh dan cenderung membantah.

Karena itu, orangtua selaku pemegang rambu-rambu dalam keluarga tetap harus memberi batasan yang tepat karena anak adalah aset bagi orangtua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalannya.

Secara psikologis, memberikan jarak dengan anak itu tidak baik. Namun, sebaiknya hubungan anak dan orangtua lebih bersifat dialogis, sehingga pola komunikasi di antara mereka dapat lebih cair. Hubungan seperti inilah yang kini marak kita lihat di lingkungan sekitar, terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta.

Meski demikian, mencairnya hubungan antara anak dan orangtua yang secara psikologis lebih baik itu jangan disalahartikan. Hal terpenting yang harus dijunjung tinggi adalah jangan sampai orangtua kehilangan kontrol terhadap anak. Jangan karena hubungan lebih mencair, kontrol pindah ke tangan anak.

Mengenai hal itu, seorang psikolog anak Agustina Hendrati, Psi, Msc, mengungkapkan kepada okezone ketika dihubungi melalui telepon genggamnya, Senin (4/2/2008). "Bersikap lebih cair dengan anak sah-sah saja dilakukan oleh orangtua, tapi peraturan tetap ditegakkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ingin ditegakkan dalam sebuah keluarga," katanya.

Menurut Agustina, para orangtua perlu meyakini bahwa setiap anak itu memerlukan batasan. Anak benar-benar membutuhkan aturan yang lentur dan ia akan mengalami kebingungan tanpa peraturan. Dengan membuat batasan, sambungnya, berarti Anda selaku orangtua telah menyediakan lingkungan fisik yang memberikannya rasa aman dan dapat dijadikan tempat belajar.

"Setiap usia akan mempunyai batasan tersendiri. Untuk itulah kita sebagai orangtua juga harus siap memperluas batasan kita sesuai dengan perkembangan usia anak," katanya.

Agustina menambahkan, anak-anak terkadang akan mencoba mengetes batasan-batasan yang sudah diberikan. Di sini orangtua harus bersikap konsisten untuk mendorong mereka melakukan apa yang sudah digariskan.

"Ada batasan yang bisa dinegosiasikan dan ada yang tidak. Maka sebaiknya, kita harus konsisten saja. Karena dengan adanya batasan itu akan membuat anak merasa aman dan dapat menjadi orang yang penuh percaya diri," jelasnya.

Wanita yang dikenal supel ini menjelaskan, secara psikologis anak-anak dikembangkan secara alamiah tidak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada dirinya. Makanya, mereka membutuhkan pihak yang dapat mengatur dan posisi tersebut berada di tangan orangtua.

"Kalau orangtua begitu cair terhadap anak-anak mereka tanpa ada kontrol, maka akan berbahaya terhadap pola asuh anak. Jadi, pada waktu tertentu orangtua dapat menjadi teman bagi anaknya, tapi di waktu lain harus menjadi orangtua yang penuh dengan rambu-rambu," pungkas wanita yang kini tengah mengambil program S3 mengenai pendidikan anak usia dini di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu.
(tty)

0 komentar: