Balita Vegetarian, Sehatkah?
Sah-sah saja bila balita Anda menjalani pola makan vegetarian. Tapi tentu saja, ada banyak hal yang perlu diperhatikan.
Sebenarnya, menjalani pola makan vegetarian adalah pilihan hidup seseorang yang tak mau mengonsumsi daging-dagingan, termasuk di antaranya daging merah (sapi, kambing, dan sebagainya), unggas, serta ikan. Sebenarnya, apa saja alasannya?
Bisa jadi karena alasan agama, namun bisa juga karena memang memilih cara hidup yang seperti itu. Bagi orang dewasa yang notabene telah melewati masa pertumbuhan, menjadi vegetarian mungkin tidak terlalu menjadi masalah bagi kesehatannya. Pola makan vegetarian biasanya sangat tinggi kandungan zat besi, tapi rendah kolesterol dan lemak. Apa akibatnya? Dapat mengurangi risiko kegemukan, penyakit jantung, hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) dan diabetes tipe II. Tapi, bagaimana bila balita yang menjalaninya?
Boleh-boleh saja asal...
Anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang membutuhkan nutrisi lengkap agar dapat tumbuh kembang dengan optimal dan sehat. Bisa jadi, pada saat ini, masyarakat masih meragukan kondisi kesehatan si kecil bila ia ikut-ikutan jadi vegetarian. Benarkah pola makan seperti ini tidak “aman” baginya?
Menurut Dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), staf Sub Bagian Gizi dan Penyakit Metabolik Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, “Sebenarnya, tidak ada masalah! Karena, sampai usia 6 bulan, boleh dibilang bayi itu vegetarian karena hanya mengonsumsi ASI (Air Susu Ibu), PASI (Pendamping ASI) atau bubur tepung. Dia memang sama sekali belum makan daging-dagingan.”
Kalau sudah begini, bolehkah ia tetap jadi vegetarian nantinya? Boleh-boleh saja, asal kombinasi makanannya disusun dengan benar. Yang pasti, makanannya harus mengandung 7 nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein, vitamin B12, vitamin D, zat besi, kalsium, serta seng (lihat boks: 7 Jenis Nutrisi Lengkap Balita Vegetarian) . “Jangan sampai pola makan vegetarian menyebabkan gangguan kesehatan anak serta defisiensi vitamin dan mineral akibat pola makan yang tidak terencana dan dikombinasikan dengan baik,” tutur dr. Damayanti.
Tetap harus konsultasi ke ahlinya
Harus diakui, tidak mudah mengatur makanan anak vegetarian. “Jadi, orang tua harus berkonsultasi ke ahli gizi atau dokter yang mendalami pola makan vegetarian ini. Apalagi, beda jenis vegetarian, beda pula susunan makanannya,” lanjut dr. Damayanti. Bagaimana persisnya?
Vegetarian itu sendiri terbagi menjadi 5 jenis (lihat boks: Jenis-jenis Vegetarian). Jika si kecil menganut vegetarian jenis lakto ovo dan lakto yang masih boleh mengonsumsi susu dan telur, sebenarnya ini lebih baik, sebab kebutuhan asam amino esensialnyaakan terpenuhi. Asam amino esensial adalah 8 jenis zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hanya bisa diperoleh dari makanan, yakni isoleusin, leusin, lisin, methionin, femialanin, threonin, triptofan, dan valin. Tubuh tidak bisa membuatnya sendiri,” lanjutnya lagi.
Menurut Dokter Spesialis Anak Metabolik dari Wilhemina Children’s Hospital-Utrecht Medical Center , Belanda, ini, khusus vegetarian jenis vegan, ia harus mengonsumsi jenis-jenis makanan yang asam amino esensialnya saling melengkapi. Contohnya, padi-padian yang kaya methionin dengan biji-bijian yang kaya lisin dan triptofan. Rumit? Tidak juga. Misalnya, Anda bisa kombinasikan nasi dengan tahu atau perkedel jagung, dan sebagainya.
Sebenarnya, adakah perbedaan pertumbuhan anak-anak vegetarian dengan yang tidak? Sampai sekarang, di Indonesia, belum ada penelitian tentang anak-anak vegetarian. Namun, banyak penelitian di luar negeri yang menunjukkan, pertumbuhan anak-anak vegetarian baik-baik saja. Tidak ada perbedaan apapun, kecuali menjaga komposisi makanan anak yang vegan. Kenapa begitu? “Penelitian-penelitian di luar negeri menunjukkan, anak-anak vegetarian jenis vegan ada yang perawakannya lebih pendek dibandingkan dengan anak yang lakto ovo. Ternyata, ini karena susunan makanannya tidak seimbang. Asam amino esensialnya tidak lengkap! Juga, kalori yang didapat dari lemak tidak mencukupi. Kalau begitu, seberapa banyak harusnya kandungan lemak dari nabati? Untuk ini, Anda harus rajin-rajin berkonsultasi ke ahlinya agar susunan makanannya tepat bagi pertumbuhannya. Jangan sekali-kali dianggap remeh,” sambungnya.
Laila Andaryani Hadis(ayahbunda)
Label:
Nutrisi-Suplemen-Makanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar