Si 5 tahun Suka Menggoda
Kegemarannya menggoda adik kian menjadi-jadi. Bisa jadi si kakak cemburu atau sekadar iseng.
“De’, tahu enggak ? Barbie kamu kalau malam ‘ kan bisa jalan-jalan. Dinosaurus yang di atas lemari itu, matanya bergerak-gerak ngeliatin Dede’ (sebutan Carlo untuk si adik, Lia),” ujar Carlo pada Lia, adiknya.
“Kakak bohong! Masa boneka bisa jalan? Bunda! Kakak bohong. Katanya Barbie kalau malam jalan-jalan. Terus, dinosaurus itu matanya gerak-gerak. Bohong ‘ kan Bunda?” ujar Lia hampir menangis karena takut.
“Hi… takuuuuut. Barbie jalan-jalan, dinosaurusnya ngendus-ngendus kuping Dede’. Percaya enggak De’?” kata Carlo tetap menggoda. Lia, yang usianya setahun lebih muda, terpengaruh kata-kata kakaknya dan takut tidur sendiri karena mulai membayangkan dinosaurus yang menyeringai dengan gigi-gigi tajam itu mengendus-endus tengkuknya.
Belajar aturan sosial
Mendengar anak-anak saling menggoda, bisa jadi Anda hanya tertawa. Memang kedengarannya lucu. Tapi, kadang-kadang Anda pun tergoda untuk berkomentar atau melerai bila kakak semakin senang menggoda karena adiknya mulai merengek.
“Saling menggoda seperti ini, sebetulnya memberi kesempatan pada anak untuk belajar aturan sosial. Anak juga dapat melatih sense of humor, ” jelas Nancy Mullin-Rindler , direktur pada Project on Teasing and Bullying di Wellesley College .
Mengapa menggoda?
Di usia sekitar 5 tahun ini, anak-anak tampak tidak saling menolong, bahkan sebaliknya sering saling ledek. Mereka memberi julukan dengan nama jelek, seperti si ompong, si gendut , atau si cengeng.
Perbedaan usia, karena tahap perkembangan yang berbeda, dapat menjadi penyebab anak yang lebih tua mengganggu adiknya. Adik yang usianya lebih muda, dengan tahap perkembangannya, menjadi objek yang menyenangkan untuk diganggu.
Menghadapi hal demikian, Anda tak perlu gusar. Beberapa cara berikut dapat Anda lakukan:
Tak usah memberi ceramah tentang baik-buruk
Anda tak perlu ceramah tentang baik-buruknya kakak mengganggu adik. Pusatkan perhatian Anda pada keterampilan sosial anak. Misalnya, “Kak, kalau kamu e nggak ganggu adik, adik mau kok meminjamkan dinosaurusnya. Dede’ itu e nggak pelit.”
Jangan paksa minta maaf
Tak perlu memaksa anak yang lebih besar meminta maaf pada adiknya hanya karena ia mengganggu. Kalau adik terganggu oleh ulah kakak, ajak adik pindah ke ruang lain. Atau, ajak ia membantu Anda mengerjakan sesuatu. Misalnya, mengocok telur untuk membuat puding, atau memangkas daun-daun mawar yang rimbun.
Hentikan di saat tepat
Anda berencana mengajak anak jalan-jalan. Tetapi bila kakak terlalu lama
menggoda sehingga adik menangis katakan dengan tegas, “Kalau adik masih menangis, acara jalan-jalan beli es krim batal.” Cara ini tidak memihak pada salah satu anak. Anak perlu diperkenalkan pada konsekuensi atas apa yang dilakukannya.
Saling menggoda, merupakan hal yang biasa terjadi dalam dinamika keluarga. Sikap Anda sebagai orang tua, sangat menentukan bagaimana anak-anak saling belajar mengatasi situasi.
Keluarga ibarat laboratorium mini yang membiarkan setiap orang saling mengembangkan kepribadian. Apakah si adik tumbuh menjadi anak cengeng karena selalu dibela saat diganggu kakak? Apakah si kakak tumbuh sebagai anak pencemburu karena selalu dikalahkan? Semua kembali terpulang pada sikap Anda menghadapi anak-anak dalam keseharian mereka.
Immanuella F. Rachmani(ayahbunda)
Label:
Perilaku Anak,
Psikologi anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar