7 Kiat agar Anak Tekun
Tak cuma cerdas, anak juga perlu tekun agar ia survive. Bagaimana cara memupuk ketekunan?
Ada sebuah kisah. Seorang pria sangat jenius ketika di bangku sekolah, namun ia sering tak punya uang. Berkat jasa seorang teman, pria itu dipercaya mengerjakan sebuah proyek. Karena jenius, pasti proyek itu beres. Betulkah? Si pria menghilang begitu saja! Tentu saja proyek terbengkalai.
Kepandaian memang seringkali tidak berbanding lurus dengan prestasi seseorang. Motivasi untuk berprestasilah yang lebih menentukan. Maka banyak terjadi seorang anak yang tidak terlalu pandai justru dapat menunjukkan prestasi akademis lebih baik dibanding anak yang pandai. Idealnya, memang, anak punya keduanya.
Para orang tua di Cina dan Jepang yakin kesuksesan anak di sekolah sangat tergantung pada ketekunan dibanding kemampuannya. Anda sependapat? Bila ya, Anda perlu mendorong anak-anak Anda lebih termotivasi dan tekun dalam melakukan sesuatu.
Anda memang bisa membantu anak menjadi sosok yang tekun, sehingga bisa menjalankan tugas sebaik-baiknya. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan agar buah hati Anda memiliki ketekunan.
Menciptakan lingkungan kondusif
Bayi sangat senang menguasai keterampilan baru. Lihat saja, sekali ia berhasil membalikkan badan, ia ulang-ulang kegiatan itu. Reaksi ini sangat alamiah. Motivasi untuk berprestasi sesungguhnya berakar sejak awal kehidupan anak. Anda bisa membantu si kecil dengan menyediakan mainan dan lingkungan yang mendorongnya mengembangkan diri. Kenali keterampilan anak dan sediakan alat bermain sesuai perkembangan si kecil.
Mengatakan hal-hal positif
Beberapa studi menunjukkan, anak adalah sosok optimis dalam belajar. Bahkan tidak sedikit di antara anak-anak prasekolah yakin betul jika sesuatu dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti berhasil. Memang betul, anak terlahir sebagai sosok yang optimis! Sayang sekali, lingkungan seringkali membuat ia frustrasi.
Misalnya, ketika oma tiba-tiba mengatakan, “Adi saja bisa menyusun balok itu, masak kamu tidak.” Meski maksud omongan oma ingin menumbuhkan motivasi eksternal, tapi bisa saja si kecil frustrasi. Sang cucu kecewa karena dianggap belum memiliki keterampilan motorik halus yang cukup untuk menyusun balok.
Umumnya, anak belum bisa membedakan penyebab mengapa ia berhasil atau gagal melakukan satu tugas. Namun, ia tahu anak yang berusaha keras adalah anak yang cerdas dan ia akan berhasil. Anda bisa berperan mendukungnya dengan sabar dan sungguh-sungguh. Jika sekarang ia belum bisa menggunting kertas dengan baik, misalnya, katakan tak perlu khawatir agar anak yakin pasti ia segera bisa melakukannya, karena ia akan tumbuh lebih kuat dan lebih pandai.
Memberi pujian
Pada akhir usia dua tahun, anak mulai mengenal peran orang lain dalam membentuk motivasinya. Oleh sebab itu, evaluasi Anda atas keberhasilan dan kegagalannya dalam melakukan sesuatu sangat mempengaruhi caranya menguasai keterampilan baru. Tentu Anda berharap si kecil selalu bisa menguasai keterampilan baru. Namun, Anda perlu realistis. Apakah harapan Anda sesuai usia dan tahap perkembangan anak?
Selain itu, yang sangat penting, adalah memberi pujian. Beri anak pujian jika ia berhasil melakukan sesuatu dengan baik. Sebaliknya, jika ia tidak melakukan dengan baik, Anda tak perlu mengecamnya berlebihan. Hargai upayanya.
Mengajarkan sesuatu secara bertahap
Tugas yang terlalu rumit membuat si kecil cepat frustrasi. Ajaklah anak membagi tugasnya dalam urutan tahap. Misalnya, ketika belajar untuk bertanggung jawab pada mainannya, ajak anak untuk bersama-sama membereskannya setelah ia selesai bermain.
Kemudian, pada hari berbeda, ajarkan bagaimana ia merapikan mainan. Misalnya, berdasarkan jenis, fungsi, atau warna ke dalam kotak tertentu. Anda dapat mengajarkannya sambil bermain, sehingga lebih menyenangkan saat anak melakukannya. Bisa juga Anda membelikan kereta dorong mainan sebagai tempat mainannya, sehingga ia senang merapikan mainannya sendiri.
Bila ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jangan lupa memuji. Selain pujian, hadiah kecil bisa Anda berikan. Hadiah tak harus barang. Anda dapat mengajaknya berjalan-jalan ke kebun binatang, misalnya.
Melihat halangan sebagai tantangan
Sebenarnya si kecil bukan sosok yang mudah frustrasi. Jika menghadapi satu halangan, dan ia tidak bisa melewatinya dengan baik, bisa jadi ia marah atau frustrasi.
Tak perlu risau. Umumnya kemarahan atau rasa frustrasi anak mudah reda. Namun hati-hati menghadapi si kecil yang berusia 4 – 5 tahun. Ia sudah bertemu banyak orang dengan beragam reaksi. Si empat tahun bisa mudah menyerah jika menghadapi tantangan. Misalnya, jika balok yang disusunnya berbentuk rumah roboh, ia enggan menyusunnya kembali.
Dalam sebuah penelitian, anak-anak yang mengalami frustrasi ini diberi boneka. Pada si boneka mereka mengatakan, “Dia dihukum soalnya enggak bisa nyusun balok sih.”
Ternyata, anak-anak sangat dipengaruhi penilaian orang tentang dirinya. Di sini Anda bisa berperan mengajak si kecil melihat setiap tantangan bukan sebagai halangan. Katakan, ”Apa yang ingin kamu buat? Mau bikin bangunan kantor? Atau mobil? Atau robot. Kamu pasti bisa!” Beri si kecil alternatif cara berpikir yang bisa dilakukannya untuk memecahkan masalah.
Menumbuhkan motivasi internal
Seiring masuknya si kecil ke dunia yang lebih luas, pandangan orang lain sedikit demi sedikit mempengaruhi dirinya. Jangan biarkan anak bergantung pada pendapat orang lain mengenai dirinya. Dunia si kecil adalah dunia yang gembira dan penuh acara bermain. Doronglah minat anak untuk mempelajari sesuatu dengan kegembiraannya bermain.
Misalnya, si kecil enggan mendengarkan cerita tentang binatang yang Anda bacakan, tapi ia malah sibuk dengan mainannya. Pilihlah buku cerita bergambar binatang, dan ajaklah si kecil menggambar binatang. Selagi ia menggambar, Anda bisa menceritakan bagaimana kehidupan binatang yang digambarnya itu.
Dengan metode yang kreatif ini, motivasi internal anak akan tumbuh. Anda dan si kecil dapat menikmati waktu bersama yang menyenangkan.
Memberi contoh
Tak ada cara yang lebih efektif untuk mengajarkan ketekunan pada si buah hati selain memberi contoh. Lihat saja, jika ia melihat Anda asyik membaca buku, si kecil mengambil sebuah buku dan membalik-balik halamannya meski ia belum mengenal satu huruf pun.
Ciptakanlah iklim keluarga yang menyenangkan dan mengembangkan motivasi internal dan harga diri anak yang kuat. Jika Anda dan pasangan saling menghargai dan saling mendorong untuk mengembangkan minat masing-masing, si kecil pun terdorong melakukan segala hal yang menjadi minatnya dengan tekun.
Eleonora Bergita(ayahbunda)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar