Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Si 2 tahun “Sekolahku”: Supermarket



Ia takkan merengek minta mainan atau permen saat diajak berbelanja. Syaratnya, Anda tidak pelit berbicara! Momen ini dapat menjadi sarana belajar anak.

Bagi Anda, supermarket berarti berbelanja kebutuhan mingguan atau bulanan, menyiasati harga yang kian melambung dan mengantisipasi rengekan si kecil yang minta segala macam.

Bagi anak Anda yang berusia dua tahunan, supermarket bisa berarti barang-barang yang mudah dijangkau, bau masakan yang lezat, dan area luas untuk berlari-larian. Menyenangkan sekali!

Terlalu banyak larangan

Tetapi belum tentu anak menikmati berada di supermarket . Sebab, saat berbelanja, Anda melarangnya mengambil barang-barang atau berlari-larian. Dilarang “ini-itu”, anak pun mulai kesal bahkan bisa mengamuk.

Untuk mengamankannya, Anda memasukkannya ke dalam keranjang dorong, dan membiarkannya duduk diam di situ. Sementara Anda memilih barang-barang yang hendak dibeli, si dua tahun memandangi Anda, tak tahu apa yang dapat dilakukannya. Membosankan sekali!

Coba bayangkan, Anda berada pada posisi anak: duduk diam di dalam keranjang sambil mengamati orang dewasa yang mengambil barang tanpa sekalipun mengajak Anda berbicara atau bercerita apa yang ia beli. Sama seperti si dua tahun, Anda pun lama kelamaan akan kesal dan mulai bertingkah.

Libatkan anak

Acara belanja yang mungkin Anda lakukan dua kali dalam sebulan, merupakan kesempatan menyenangkan untuk membantu anak belajar berbagai hal. Di supermarket, anak dapat mempelajari kata-kata baru dan nama-nama barang yang setiap hari ia jumpai di rumah.

Pengetahuan yang Anda berikan pada anak, tidak menyita waktu Anda saat berbelanja. Melibatkan anak saat berbelanja, tidak menambah waktu Anda untuk berputar-putar di supermarket.

Anda hanya perlu mengatakan, “Yuk, kita cari apel merah. Apel merah. Di mana apel merah?” Setelah menemukan apel merah, Anda dapat minta bantuan anak mengambil beberapa buah apel dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Beberapa hal dapat dipelajari anak sekaligus saat itu, yaitu mengenal nama, warna, jumlah dan tekstur buah.

Saat Anda memutuskan membeli brokoli, Anda pun hanya perlu berkata, “Mama mau beli brokoli. Brokoli warnanya hijau.” Setelah Anda mengambilnya, serahkan pada anak agar ia dapat memegangnya. Biarkan ia merasakan teksturnya.

Kuncinya cuma satu! Jangan terlalu pelit bicara pada anak! Anda tak perlu khawatir kelihatan cerewet. Anak-anak senang mendengarkan pembicaraan Anda, karena ia butuh belajar berbagai hal.

Penelitian membuktikan anak usia dua tahun yang diasuh orang tua yang banyak bicara, cenderung lebih cepat bisa bicara dibanding anak yang diasuh orang tua pendiam. Menurut penelitian itu juga, percakapan yang nyata sajalah yang mampu mendorong anak belajar berbicara.

Televisi tidak mampu membantu anak belajar bicara, karena anak sibuk memperhatikan gambar, bukan dialognya. Anak yang sering diajak bicara memiliki banyak perbendaharaan kata yang memudahkannya menyusun percakapan.

Immanuella F. Rachmani

0 komentar: