Blog ini adalah Dofollow Blog , silahkan memberikan komentar dan tautan link namun mohon tidak untuk melakukan spam atau komentar yang tidak ada kaitannya dengan artikel yang ada. Terima Kasih

Si 4 tahun “Mengapa” tanpa Akhir



Ia terus saja bertanya “mengapa” meski Anda tak selalu dapat menjawab. Kok tidak bosan-bosan, ya?

Anda kerap frustrasi dan kesal dengan pertanyaan “mengapa”. “Emang begitu. Tuhan menciptanya juga sudah begitu.” Mungkin itu jawaban Anda atas pertanyaan si empat tahun, “Mengapa bintang ada di atas? Mengapa kuku kucing tajam? Mengapa ada angin?” dan seterusnya.

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, Anda frustrasi karena dua hal. Pertama, Anda tidak tahu jawaban sebenarnya. Kedua, Anda bingung menyusun kalimat sederhana yang dapat dimengerti anak.

Akar dari rasa frustrasi ini adalah kesalahpahaman Anda terhadap bahasa anak, dan Anda berpikir ketika anak bertanya “mengapa” sama seperti orang dewasa bertanya “mengapa”. Jawaban sebab-akibat yang Anda berikan kepada anak pun jauh dari tujuan, dan si kecil gagal terpuaskan.

Pahami bahasa anak

Saat lahir, satu-satunya cara anak berkomunikasi adalah dengan menangis. Ia menggunakan bunyi yang sama untuk mengatakan “saya lapar”, “saya bosan,” “popok basah nih,” dan “Ibu, sini dong.”

Keajaiban terjadi saat Anda mulai paham makna tangis bayi, dan menandai setiap tangisannya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginan berbeda. Ibarat dua penari yang masih canggung pada awalnya, Anda dan bayi kian mahir dalam saling memahami.

Saat anak mulai belajar berkata-kata, kata-kata belum digunakan secara tepat seperti halnya orang dewasa. Ketika anak mengatakan “anjing”, yang dimaksud adalah semua binatang. Tetapi, dengan berkembangnya keterampilan anak bicara, ia berbicara seperti orang dewasa. Ini terjadi bersamaan dengan berkembangnya rasa ingin tahu si kecil.

Bertanya terus

Anak-anak sangat ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi. Pertanyaan “mengapa” yang mereka ajukan sebenarnya bagian dari perkembangan perbendaharaan katanya.

Sejak usia tiga tahun, anak menunjukkan kehausannya untuk memahami dunia sekitar. Ia sangat ingin berkomunikasi. Anak usia ini juga sangat termotivasi untuk belajar. Kata “mengapa” bukan semata untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk berkomunikasi.

Di usia empat tahun, kata ”mengapa” langsung dikaitkan dengan sesuatu seperti, “Mengapa anjing menggonggong?” Yang ada dalam pikiran anak saat ia bertanya “mengapa” adalah, “Wah, menarik sekali. Ceritain dong, anjing itu apa?”

Anak-anak usia ini tidak butuh penjelasan sebab-akibat. Mereka hanya butuh perhatian dan ingin Anda bercerita apa saja tentang sesuatu yang ditanyakan.

Pertanyaan “mengapa” yang terus-menerus memang melelahkan. Anda kerap berharap “mengapa” itu segera berakhir. Meski begitu, Anda tetap perlu sabar.

Menjawab pertanyaan atau sekadar bercerita tentang topik yang diajukan anak merupakan ‘makanan’ bagi rasa ingin tahunya. Jawaban-jawaban Anda juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu si kecil dan memberi pemahaman lebih baik tentang arti kata.

Immanuella F. Rachmani (ayahbunda)

0 komentar: